Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Liem Liliany Lontoh mengingatkan pemerintah mengenai pentingnya edukasi yang komprehensif tentang pemahaman berbangsa dan bernegara untuk memelihara Indonesia yang toleran.

“Bagaimana mungkin keutuhan bangsa dapat terjaga jika ada satu pihak yang antipihak lain dalam suatu komunitas besar yang disebut bangsa? Pemerintah perlu memberikan edukasi yang komprehensif tentang pemahaman berbangsa dan bernegara yang baik dan benar,” ucap Liem dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Wanita yang juga Ketua Gugus Tugas Pemuka Agama Konghucu ini mengatakan bahwa berbagai pihak, khususnya pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama harus mendorong tersedianya perlindungan bagi setiap etnis, agama, dan suku agar dapat hidup nyaman serta damai dengan segala hak dan kewajiban.

Baca juga: Matakin: Imlek 2574 momen tingkatkan toleransi umat beragama

“Semua orang harus memiliki keinginan untuk hidup bersama dengan rukun dan damai. Tidak mengutamakan kepentingan kelompok atau golongan. Apalagi mementingkan diri sendiri,” tuturnya.

Pasalnya, kata dia, Indonesia memiliki enam agama resmi dan berbagai aliran kepercayaan yang diakui serta dilindungi konstitusi. Kondisi ini tentu menjamin kepada berbagai agama dan kepercayaan dalam melakukan ibadahnya dan menyelenggarakan hari raya sesuai dengan apa yang diyakini.

Liem menilai bahwa pemerintah perlu memperhatikan kehidupan rakyat dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat membuat rakyat merasa aman dan tenteram dalam bermasyarakat sehingga kehidupan dalam keluarga dapat tertata rapi.

Baca juga: Matakin: Jangan sampai pemilu membuat "baperan"

“Tingkatkan kebersamaan sebanyak-banyaknya sehingga pihak yang satu dengan lain saling mengenal dan memahami. Setiap perbedaan dipandang sebagai sesuatu yang saling melengkapi, jangan justru saling meniadakan,” ucap Liem.

Walaupun dengan segala kekurangan yang masih terasa, Liem tetap optimistis bahwa praktik diskriminasi dan intoleransi secara perlahan akan berkurang.

“Banyak-banyak mengalah dan rendah hati dalam pergaulan yang melibatkan banyak pihak. Dengan cara ini, ada harapan tidak menajam diskriminasi dan intoleransi karena kerendahan hati mengundang simpati dan mengalah dapat menahan tindakan yang berlebihan,” kata Liem.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023