Beijing (ANTARA) - Menteri Luar Negeri China Qin Gang dan mitranya dari Jepang, Yoshimasa Hayashi, pada Kamis (2/2) mendiskusikan persoalan sengketa kepulauan di Laut China Timur.

Keduanya menyampaikan kekhawatiran dan Qin mengutarakan harapannya agar Jepang bisa menghentikan provokasi "sayap kanan."

Kepulauan Laut China Timur yang disengketakan, yang diklaim baik oleh China maupun Jepang, telah lama menjadi masalah dalam hubungan bilateral.

China menyebut Kepulauan itu Diaoyu, sementara Jepang menyebutnya Senkaku.

Dalam percakapan pertama mereka sejak Qin menjabat, dia mengatakan kepada Hayashi bahwa Beijing berharap Jepang bisa menghentikan "kekuatan sayap kanan" yang memprovokasi perselisihan atas pulau-pulau yang diperebutkan, menurut pernyataan kementerian luar negeri.

Sementara Hayashi mengatakan hubungan bilateral menghadapi "banyak tantangan dan kekhawatiran."

Ia menambahkan bahwa opini publik Jepang terhadap China "sangat parah," kata Kementerian Luar Negeri Jepang dalam sebuah pernyataan.

Hayashi juga menyampaikan "keprihatinan mendalam" terkait Laut China Timur, termasuk aktivitas China di sekitar kepulauan, serta "aktivitas militernya yang semakin aktif di dekat Jepang."

Namun, keduanya sepakat untuk bekerja sama membangun hubungan yang konstruktif dan stabil, dan mengatakan mereka akan melanjutkan komunikasi yang erat di semua tingkatan, termasuk di tingkat puncak, menurut pernyataan Jepang.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno pada Jumat mengonfirmasi bahwa kedua menteri telah berunding dan sepakat membangun hubungan yang kooperatif dan positif.

"Saya pikir percakapan mereka adalah awal yang baik," katanya dalam konferensi pers.


Sumber: Reuters

Baca juga: China desak Jepang buang air limbah terkontaminasi nuklir dengan aman

Baca juga: Kishida: Jepang, AS, Eropa harus kompak hadapi China

Penerjemah: Katriana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023