Berlin (ANTARA) - Ekspor dan impor Jerman meningkat secara tahunan (year on year/yoy) pada 2022 di tengah krisis energi dan inflasi yang tinggi, menurut data awal yang diterbitkan oleh Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) pada Kamis (2/2).

Ekspor ekonomi terbesar di Eropa itu naik 14,3 persen (yoy) menjadi 1,56 triliun euro (1 euro = Rp16.217), sementara impor melonjak 24,3 persen menjadi 1,49 triliun euro.

Kenaikan itu sebagian besar didasarkan pada efek harga, menurut Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK) mengomentari data tersebut.

Sama seperti inflasi, perkembangan tersebut sebagian besar didorong oleh lonjakan harga energi.

"Neraca ekspor tahun lalu ternyata kurang bagus dari yang terlihat," kata Tanja Goenner, Kepala Eksekutif Federasi Industri Jerman (BDI).  

"Penurunan besar-besaran dalam ekspor pada bulan lalu merupakan gejala dari tahun yang penuh tantangan bagi perdagangan luar negeri Jerman secara keseluruhan," kata Melanie Vogelbach, pakar DIHK.  
 
   Neraca ekspor tahun lalu ternyata kurang bagus dari yang terlihat, kata Tanja Goenner, Kepala Eksekutif Federasi Industri Jerman (BDI).


Surplus ekspor Jerman yang pernah cukup besar berkurang lebih dari separuh (yoy) menjadi kurang dari 80 miliar euro pada 2022. Menurut Destatis, ini merupakan angka terendah sejak tahun 2000 dan sekaligus penurunan kelima secara berturut-turut.

Perdagangan luar negeri Jerman mulai menunjukkan tanda-tanda melemah pada paruh kedua tahun lalu. Pada Desember 2022, ekspor dan impor negara itu turun lebih dari 6 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menurut data terbaru.
 
   "Penurunan besar-besaran" dalam ekspor pada bulan lalu merupakan "gejala dari tahun yang penuh tantangan bagi perdagangan luar negeri Jerman secara keseluruhan," ungkap Melanie Vogelbach, pakar DIHK.  



 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023