Yogyakarta (ANTARA News) - Frekuensi luncuran awan panas dari Gunung Merapi pada Selasa pagi pukul 00.00 hingga 06.00 WIB turun dibanding pada kurun waktu yang sama hari sebelumnya. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta melaporkan, pada pukul 00.00 - 06.00 WIB Selasa hanya terjadi 11 kali luncuran awan panas, lebih sedikit dibanding periode sama hari sebelumnya yang mencapai 16 kali. Tidak hanya frekuensi, volume dan jarak luncur awan panas dilaporkan juga melemah. Pada Selasa awan panas terbesar terjadi pukul 03.35 WIB, namun tidak sebesar yang terjadi pada Senin pukul 05.55 WIB. Guguran awan panas terbesar pada Selasa hanya berjarak luncur maksimal 2 km, sedangkan pada Senin mencapai 4 km, meski keduanya sama-sama menuju ke hulu Kali Krasak. Laporan itu juga menyebutkan bahwa 9 dari 11 awan panas itu menuju ke hulu Kali Krasak dan Boyong, sedangkan dua lagi menuju Kali Boyong dan Gendol. Sementara itu, data kegempaan pada periode waktu yang sama menunjukkan terjadi gempa fase banyak (MP) 19 kali dan gempa guguran 72 kali. Data kegempaan sehari sebelumnya, yaitu 15 Mei menunjukkan terjadi gempa guguran 244 kali, MP 170 kali, gempa fase dangkal (VTB) 18 kali dan awan panas 49 kali. Hasil pengamatan visual terakhir menunjukkan, asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan lemah masih terjadi dengan ketinggian maksimum 300 meter. Cuaca di sekitar puncak Merapi pada malam hingga pagi cerah, sedangkan siang dan sore hari tertutup kabut. Lava pijar terlihat dari Pos Kaliurang sebanyak 54 kali dengan jarak luncur maksimum 2 km ke arah kali Krasak dan Boyong.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006