Jakarta, 11/10 (ANTARA) - Pertumbuhan impor produk perikanan cenderung melambat hingga mencapai 31,7 persen (182,7 ribu ton) dibarengi turunnya nilai impor minus 22,2 persen ( 224,1 juta dollar AS ) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hasilnya, neraca perdagangan perikanan pada periode Januari - Juli 2012 surplus sebesar 1,9 miliar dolar AS atau naik 23,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,6 miliar dolar AS. "Neraca perdagangan ikan Indonesia kian menunjukkan tren positif. Artinya sebagai bangsa, kita tidak tergantung pada pasokan ikan impor dalam rangka memenuhi protein masyarakat," disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C.Sutardjo pada acara Indonesia Fisheries Expo 2012 di Jakarta, hari ini (11/10).

     Lebih lanjut Sharif menyebut bahwa peningkatan surplus neraca perdagangan produk perikanan itu didorong oleh upaya peningkatan jaminan kualitas mutu produk perikanan dan keamanan hasil perikanan. Positifnya neraca perdagangan ikan menandakan jumlah ekspor ikan lebih banyak ketimbang impor. Hal tersebut dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sehubungan dengan itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menempuh strategi dengan mengembangkan komoditas dan produk perikanan berbasis pasar serta memperluas akses pasar produk perikanan, baik pasar domestik maupun mancanegara. "Jika kita mampu menguasai akses pasar secara baik, maka produksi perikanan baik itu di hulu dan industri di hilir dapat
dihela," jelasnya.

     Pasalnya, KKP sendiri tahun ini menargetkan ekspor produk perikanan sebesar 4,2 miliar dolar AS. Hasilnya, ekspor produk perikanan hingga Juli 2012 mampu dibukukan sebesar Rp 2,2 miliar dollar AS. Sementara volume ekspor  naik menjadi  14,7 persen (691,3 ribu ton) dan nilainya naik menjadi 16,5 persen (2,2 miliar dollar AS)  dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Negara tujuan utama ekspor produk perikanan bulan Januari-Juli 2012  masih didominasi oleh Amerika Serikat senilai 697 juta dollar AS, Jepang 482,9 juta dollar AS, Uni Eropa 246,3 juta dollar AS, dan Cina 151 juta dollar AS.

     Di lain sisi, KKP sendiri terus gencar memacu peningkatan konsumsi ikan nasional, lantaran pasar dalam negeri turut serta berperan dalam menghela produksi perikanan secara keseluruhan baik bagi industri perikanan nasional, basis ketahanan pangan dan gizi nasional, serta memiliki forward & backward linkages sangat besar. Meningkatnya konsumsi ikan nasional secara langsung berdampak terhadap meningkatnya permintaan ikan. Sharif menyebutkan, potensi pasar institusional seperti horeka, jasa boga, dan warung non resto dapat menyerap lebih kurang 13,5 juta ton/tahun." Pasar dalam negeri saat ini mampu menyerap 85 persen dari volume produksi perikanan," sambungnya.

     Bahkan KKP, telah menetapkan peningkatan konsumsi ikan menjadi salah satu Indikator Kinerja Utama tahun 2009 - 2014. Hal tersebut didasari oleh keinginan KKP untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, peningkatan perekonomian masyarakat dan perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia.  "Maka dari itu, ikan akan terus dipromosikan sebagai sumber pangan utama dalam mendorong terwujudnya ketahanan protein nasional," jelasnya.

     Hal tersebut akan dibarengi dengan upaya untuk mengoptimalkan produksi perikanan dalam negeri. Upaya itu mencakup peningkatan utilitas unit pengolahan ikan, jaminan kualitas mutu produk perikanan dan keamanan hasil perikanan, pengembangan sistem rantai dingin, pembangunan dan revitalisasi pasar ikan, pembinaan pasar ikan tradisional, pengembangan sarana dan prasarana pemasaran ikan serta pengembangan sistem logistik ikan nasional (SLIN). Data susenas 2011 menyebutkan, tingkat konsumsi ikan nasional mencapai 31,64 kg/kapita. Namun demikian Sharif menyadari, masih terdapat tantangan yang cukup besar dalam upaya meningkatkan konsumsi ikan. Tantangan tersebut mencakup masalah ketersediaan distribusi dan logistik serta penyebarluasan informasi tentang makan ikan.

     Terkait penyebrluasan informasi tentang makan ikan, Sharif memandang pameran Indonesia Fisheries Expo 2012 dapat memberikan kontribusi positif dalam mendorong pembangunan kelautan dan perikanan nasional, khususnya akselerasi indutrialisasi perikanan. " Pameran ini bertujuan untuk mempromosikan produk, jasa dan teknologi kelautan dan  perikanan kepada masyarakat luas baik dari dalam maupun luar negeri," paparnya.  Sharif menyatakan optimismenya, bahwa ke depannya Indonesia mampu menyelenggarakan pameran kelautan dan perikanan berkelas dunia. Pada kesempatan tersebut, Menteri Kelautan dan perikanan menyambut baik inisiasi atas penandatanganan Naskah Kesepakatan Bersama antara Direktorat Jenderal P2HP dengan PT. Midi Utama Indonesia Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk selaku pemilik Jaringan Ritel Modern Alfa Midi dan Alfa Mart terkait pengembangan dan peningkatan pemasaran ikan dan hasil perikanan. "Jaringan ritel modern dapat menjadi mitra yang dapat diandalkan untuk mendorong pemasaran produk-produk perikanan hingga wilayah pemukiman masyarakat," pungkasnya.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0818159705)



Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2012