Phnom Penh (ANTARA) - Kamboja, Senin (6/2), menyambut grup wisata pertama asal China setelah penangguhan akibat pandemi COVID-19 selama tiga tahun, kata Presiden Asosiasi Agen Perjalanan Kamboja Chhay Sivlin.

Sebuah penerbangan yang membawa sekitar 140 wisatawan asal China itu mendarat di Bandar Udara Internasional Phnom Penh, Senin sore, waktu setempat, dari Kota Shenzhen, China, dan menerima sambutan hangat dari para pejabat pariwisata dan operator tur Kamboja.

"Sekretaris Negara di Kementerian Pariwisata Kamboja Hor Sarun dan saya menyambut mereka di bandara saat mereka tiba dan memberi mereka bunga mawar, gelang karangan bunga, dan syal tradisional," kata Sivlin kepada Xinhua melalui sambungan telepon.

Sivlin mengatakan para wisatawan dalam program tur selama lima hari itu akan mengunjungi Phnom Penh, Siem Reap, dan Preah Sihanouk.

"Kami sangat senang menerima kelompok pertama wisatawan China dalam tur kelompok hari ini. Kembalinya mereka sangat penting untuk membantu mendorong pemulihan industri pariwisata kami," jelasnya.
 
   Para turis mengunjungi Angkor Wat di Taman Arkeologi Angkor, Siem Reap, Kamboja, Sabtu (17/12/2022). (ANTARA/Xinhua/Van Pov)


Mulai Senin, China melanjutkan tur kelompok outbound ke 20 negara, termasuk Kamboja, Thailand, Maladewa, Uni Emirat Arab, Rusia, dan Selandia Baru.

Kementerian Pariwisata Kamboja menyatakan China merupakan sumber wisatawan asing terbesar bagi Kamboja di era prapandemi.

Kementerian itu juga menyebutkan bahwa negara kerajaan tersebut menerima 2,36 juta wisatawan China di 2019 dan meraup pendapatan sebesar sekitar 1,8 miliar dolar AS.

Menteri Pariwisata Kamboja Thong Khon mengatakan negaranya diproyeksikan menarik sedikitnya 1 juta wisatawan China di 2023, yang menandai peningkatan kedatangan wisawatan di 2022 sebesar 110.000 orang.

"China merupakan pasar pariwisata outbound paling penting bagi dunia, sehingga dimulainya kembali pariwisata outbound China sangat menguntungkan, tidak hanya bagi Kamboja tetapi juga bagi seluruh dunia," ujar Thong Khon.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023