Perekonomian Sulut tahun 2023 diprakirakan tetap kuat, terutama didukung perbaikan konsumsi rumah tangga.
Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) akan tetap kuat di tahun 2023 ini.

"Ke depan, perekonomian Sulut tahun 2023 diprakirakan tetap kuat, terutama didukung oleh perbaikan konsumsi rumah tangga," kata Kepala Perwakilan BI Sulut Andry Prasmuko, di Manado, Selasa.

Namun demikian, katanya lagi, perlambatan ekonomi global sebagai dampak ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina berpotensi menahan kinerja perekonomian Sulut terutama dari sisi eksternal.

Oleh karena itu, kata dia, menjaga permintaan masyarakat tetap stabil adalah kunci dalam menopang kinerja perekonomian Sulut. Di samping peluang dari pemulihan sektor pariwisata melalui penyelenggaraan event internasional, pembukaan penerbangan luar negeri, optimalisasi belanja pemerintah, dan percepatan adaptasi pada ekonomi digital.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Sulut triwulan IV 2022 tumbuh 5,204 (year on year/yoy).

Meski pertumbuhan tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 6,624 (yoy), namun capaian tersebut lebih tinggi dari angka nasional sebesar 5,014 (yoy).

Kinerja perekonomian Sulut tersebut, ditopang oleh berlanjutnya perbaikan permintaan domestik didukung meningkatnya mobilitas masyarakat pada periode hari besar keagamaan nasional Natal dan tahun baru.

Dari sisi permintaan, kinerja perekonomian Sulut pada triwulan IV 2022 ditopang oleh menguatnya kinerja komponen konsumsi RT dan investasi, di tengah kontraksi ekspor dan konsumsi pemerintah.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 7,66 persen (yoy), ditopang oleh peningkatan permintaan masyarakat pada periode hari besar keagamaan nasional Natal dan tahun baru.

Pembentukan modal tetap bruto atau investasi tumbuh 5,28 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan realisasi penanaman modal dalam negeri sebesar 478,34 persen (yoy), di tengah kontraksi penanaman modal asing.

Sedangkan ekspor terkontraksi 9,26 persen (yoy) yang disebabkan penurunan ekspor luar negeri sebesar 23,30 persen (yoy) terutama ekspor lemak dan minyak hewan nabati dan penurunan kinerja Impor yang terkontraksi 8,07 persen (yoy).

Selanjutnya, turunnya realisasi belanja modal juga menyebabkan terjadinya kontraksi pada konsumsi pemerintah sebesar 0,03 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat juga tercermin dari kinerja lapangan usaha pertanian, perdagangan, dan konstruksi, di tengah perlambatan industri pengolahan dan transportasi.

Pertanian, perikanan, dan kehutanan tumbuh 6,35 persen (yoy), ditopang oleh kenaikan volume ekspor perikanan dan kenaikan produksi padi.

Perdagangan besar dan eceran tumbuh 10,77 persen (yoy), ditopang oleh peningkatan permintaan masyarakat pada periode hari besar keagamaan nasional Natal dan tahun baru.

Konstruksi juga tumbuh 8,41 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan realisasi penanaman modal dalam negeri.

Lapangan usaha yang pertumbuhannya melambat adalah industri pengolahan yang hanya tumbuh 7,71 persen (yoy), disebabkan penurunan kinerja industri pengolahan minyak nabati.

Demikian halnya dengan transportasi dan pergudangan dengan pertumbuhan 0,05 persen (yoy), yang disebabkan oleh penurunan kinerja angkutan udara.
Baca juga: Pemprov Sulut sebut pertanian sokong pertumbuhan ekonomi saat pandemi
Baca juga: BI memperkirakan ekonomi Sulut akan tumbuh lebih kuat


Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023