Perseroan akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 13,81 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Jakarta (ANTARA) - PT Bank IBK Indonesia Tbk (IBK Indonesia) emiten berkode saham AGRS segera akan melakukan Penawaran Umum Terbatas V dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue sebesar Rp1,2 triliun pada pertengahan tahun 2023.

“Rp1,2 triliun right issue, pembeli siaga (sebesar) Rp1 triliun dari IBK Korea, sisanya ditawarkan kepada masyarakat sesuai ketentuan masyarakat. Target right issue pertengahan tahun,” ujar Direktur Kepatuhan Bank IBK Indonesia Alexander Rori dalam acara “Press Conference & Investor Relation”, di Jakarta, Rabu,

Direktur Utama PT Bank IBK Indonesia Tbk Chae Jae Young menyampaikan perseroan akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 13,81 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.

Jumlah saham yang akan diterbitkan tersebut bergantung pada keperluan dana perseroan dan harga pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas V.

Dengan penambahan modal melalui right issue tersebut, maka saham yang dikeluarkan perseroan sebelum right issue dapat terdilusi paling banyak 33,32 persen.

“Kami optimis dengan adanya peningkatan modal ini, struktur permodalan menjadi lebih baik sehingga Perseroan memiliki pendanaan yang cukup untuk menjalankan strategi usaha ke depannya yang kondisinya semakin menantang," katanya pula.

Berdasarkan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 14/2019, bahwa pelaksanaan right issue harus mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal persetujuan RUPSLB.

Sehingga, perseroan akan menyelenggarakan right issue pada tahun 2023, dan ditargetkan pada pertengahan tahun.

Dalam kesempatan ini, pihaknya mengungkapkan profit perseroan meningkat delapan kali lipat dari Rp13 miliar pada 2021 menjadi Rp104 miliar pada 2022, dan total aset meningkat 28,5 persen year on year (yoy) dari Rp14,28 triliun pada 2021 menjadi Rp18,35 triliun pada 2022.

Selain itu, dia menyebut core capital meningkat 42 persen yoy dari Rp2,90 triliun pada 2021 menjadi Rp4,12 triliun pada 2022.

Menurut dia, IBK Indonesia berhasil mengelola rasio Non Performing Loan (NPL) di bawah 2 persen, atau lebih baik dari rata-rata NPL seluruh bank di Indonesia dan berencana mengadakan capital injection di 2023.
Baca juga: LPEI - Bank IBK Indonesia kolaborasi beri penjaminan kredit ekspor

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023