Di titik Kuala Langsa terjadi pengendapan dengan kedalaman 3 meter.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi berharap pembangunan infrastruktur transportasi di Provinsi Aceh dapat memacu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pariwisata.

Kemenhub, kata dia, tengah mempersiapkan pekerjaan pengerukan alur di Pelabuhan Kuala Langsa yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Pekerjaan itu mulai dilakukan pada tahun 2023 dengan kolaborasi antara Kemenhub (Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai/KPLP dan Ditjen Perhubungan Laut), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh, dan PT Pelindo.

"Di titik Kuala Langsa terjadi pengendapan dengan kedalaman 3 meter sehingga kapal tol laut tidak bisa masuk. Diharapkan dalam waktu 4—5 bulan pengerukan dapat dilakukan dan kapal-kapal niaga bisa keluar dan masuk Pelabuhan Kuala Langsa," ujar Menhub dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu.

Hal ini disampaikan Menhub saat meninjau sejumlah infrastruktur transportasi yang sudah, tengah, dan akan dibangun di Aceh, Rabu. Sejumlah infrastruktur transportasi yang ditinjau, yaitu Pelabuhan Kuala Langsa Kota Langsa dan Terminal Tipe A Paya Ilang Takengon Kabupaten Aceh Tengah.

Pelabuhan Kuala Langsa akan dilakukan pengerukan berkedalaman -5.5 mLWS dengan estimasi volume keruk 197,7 ribu m2. Pengerukan dilakukan untuk mendukung aspek keselamatan alur pelayaran sesuai dengan rencana induk pelabuhan, memperlancar arus konektivitas antarpelabuhan, dan meningkatkan volume pergerakan barang maupun daya saing di Pelabuhan Kuala Langsa.

Menhub mengharapkan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Langsa dan Pemprov Aceh dapat mendukung kelancaran pengerukan Pelabuhan Kuala Langsa.

Baca juga: Kemenhub tutup sementara Lapangan Terbang Paro di Nduga Papua
Baca juga: DPRA apresiasi Menhub dukung Bandara SIM jadi pusat berangkat umrah


Selanjutnya, Menhub juga mengunjungi Terminal Tipe A Paya Ilang Takengon yang mulai direvitalisasi pada tahun 2021 dan telah diselesaikan pada tahun 2022, menggunakan APBN sebesar Rp20 miliar.

Terminal itu memiliki luas sekitar 9.792 m2 dan melayani tujuan Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta. Adapun fasilitas terminal meliputi area pengendapan bus, jalur kedatangan bus, jalur keberangkatan bus, ruang tunggu penumpang, kantor pengelola, dan area komersial.

"Alhamdulillah, saya sudah mengunjungi Terminal Tipe A di Takengon dan Bandara Rembele (Kabupaten Bener Meriah). Tempatnya indah, udaranya sejuk, dan potensinya banyak. Ada batik yang bagus Kerawang Gayo. Di sini banyak potensi situs dan bangunan indah, tadi saya usul kepada Pak Pj. Bupati agar direnovasi untuk tempat wisata," katanya.

Kemenhub mencatat jumlah rata-rata kendaraan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang datang dan berangkat dari Terminal Tipe A Paya Ilang Takengon sebanyak lima bus/hari dan jumlah penumpang bus AKAP rata-rata 107 orang/hari.

Ia menyebutkan rata-rata kendaraan antarkota dalam provinsi (AKDP) yang datang dan berangkat adalah 23 kendaraan/hari dan jumlah penumpang AKDP rata-rata adalah 142 orang/hari.

Adanya Terminal Paya Ilang Takengon, dia berharap memperlancar arus konektivitas penumpang antarprovinsi maupun wilayah, meningkatkan pertumbuhan perekonomian, dan mendukung sektor pariwisata setempat seperti Pantai Terong, Pantai Menye, Danau Lut Tawar, Goa Loyang Koro, Air Terjun Mengaya, dan Kopi Arabica Gayo.

Selain itu, Menhub juga menyampaikan rencana pembangunan dry port di atas lahan seluas 4 hektare dengan kolaborasi antara Pemprov Aceh, Pemkab Bener Meriah, dan Pemkab Aceh Tengah. Di samping itu, Menhub mendorong forkopimda agar menggali potensi pariwisata Ranah Gayo.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023