Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan akan tetap berada di pasar dan menjaga perkembangan rupiah agar fluktuasinya tidak besar. "We are in the market, kita akan jaga itu, kita akan guard perkembangan rupiah, Kita akan perhatikan kepentingan impor dan ekspor dalam kontek fluktuasi jangan sampai besar," kata Gubenur BI, Burhanuddin Abdullah, di Jakarta, Rabu. Burhanuddin usai seminar Towards Less Cash Society in Indonesia mengatakan, dalam keadaan apapun BI tetap berada di pasar karena ingin memonitor perkembangan rupiah baik dari sisi eksternal maupun domestik. "Dalam beberapa hari katanya memang terjadi peristiwa pasar uang di Indonesia," ujarnya. Pada hari Senin (15/5) BI sudah merespon pasar, kata Burhanuddin. Pada Selasa katanya rupiah memang sempat mencapai 9.400 per dolar AS namun kembali lagi ke posisi 9.200 per dolar AS. Ia mengatakan, yang terjadi di pasar kemarin justru transaksi net buy, dan arus dana masuk. Terjadi in flow seperti adanya pembelian Surat Utang Negara (SUN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan eksportir yang menjual dolar. "Eksportir sebagian menjual dolar yang jumlahnya sekitar 200 juta dolar AS," katanya. Burhaduudin mengatakan hal tersebut merupakan pertanda baik bagi BI ia juga memperkirakan bahwa gejolak rupiah sudah mulai reda kembali. Sebetulnya kata Burhanuddin tidak ada hal yang fundamental yang mengarah kepada melemahnya rupiah secara terus menerus. BI ke depan katanya akan menjaga perbedaan suku bunga sehingga tetap menarik bagi investor dan juga bagi perekonomian Indonesia. Burhanuddin mengatakan bahwa ia juga sudah bertemu dengan pemerintah yang berkeputusan untuk bersama-sama menjaga konsistensi kebijakan yang diambil oleh pemerintah maupun BI. BI bersama pemerintah juga akan bersuaha terus memperbaiki iklim investasi. Ia mengatakan jika stabiltas ekonomi terus terjadi sehingga beberapa bulan kedepan maka akan menarik investasi dan kegalauan di pasar tidak terlalu perlu dikhawatirkan. "Jika investasi di sektor riil mulai terjadi maka ekonomi menunjukkan geliatnya," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006