Ini sangat banyak dikeluhkan
Jakarta (ANTARA) -
DPRD DKI Jakarta mendorong penyediaan lahan parkir bagi pengguna transportasi publik (park and ride) untuk mendukung target peningkatan jumlah pengguna moda raya terpadu (MRT) oleh BUMD PT MRT Jakarta tahun ini. 

Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Taufik Azhar di Jakarta, Kamis, mengatakan sejauh ini PT MRT Jakarta belum melengkapi stasiun di batas kota dengan "park and ride", hingga akhirnya banyak masyarakat enggan menggunakan MRT dan tetap menggunakan kendaraan pribadinya.

"Saya ingin soroti itu 'park and ride' di ujung ke ujung stasiun MRT, hulu dan hilirnya. Ini sangat banyak dikeluhkan. Masyarakat dari ujung mau naik MRT, tempat parkirnya dimana?" ujar Taufik.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta lainnya, Wahyu Dewanto, menilai kinerja pembangunan fasilitas MRT selama ini menunjukkan perkembangan pesat, namun sayangnya, fasilitas parkir minim perhatian, padahal target penumpang terus bertambah.

Baca juga: Delameta dukung zona emisi rendah di Jakarta melalui "Park and Ride"

"Walau ada, 'park and ride'-nya kecil sekali. Enggak ada sama sekali. Jangan hanya bangga membangun titik kuliner tapi tempat parkirnya dimana? Coba diatur itu gedung-gedung besar itu sediakan tempat parkir besar. Kita bantu nanti. Kita bisa minta PTSP untuk gedor agar menunjang parkir MRT dan tarifnya itu harus flat dan murah," ucapnya.

Adapun, Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat menjelaskan bahwa jumlah penumpang MRT per hari dari Lebak Bulus hingga Stasiun Bundaran HI di sepanjang 2022 telah mencapai 54.181 orang per hari.

Sementara pada 2023 ini, PT MRT Jakarta menargetkan pencapaian jumlah penumpang 65 ribu hingga 70 ribu per hari.

Untuk "park and ride", lanjut Tuhiyat, akan ada di depo Lebak Bulus, namun hingga saat ini pembangunannya masih terkendala ketersediaan lahan.

Baca juga: 35 persen warga naik transportasi umum, MRT: Parkiran harus ditambah

Pemilihan lokasi "park and ride" di Lebak Bulus tersebut, katanya, telah sesuai dengan konsep transportasi massal di negara maju yakni hanya tersedia di lokasi awal perjalanan penumpang.

"Tempat parkir itu hanya ada di ujung ke ujung. Kenapa? Supaya orang naik tansportasi publik. Di negara maju seperti itu. Tempat parkir di luar kota, bukan di tengah kota. Di tengah kota, justru hotel-hotelnya dikurangi tempat parkirnya. Itu menuju kota modern seperti itu," katanya.

Dengan demikian, tegasnya, jika ada dorongan dari pemerintah untuk mengurangi lahan parkir di tengah kota, maka hal itu akan jauh lebih baik lagi. 

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023