Berlin (ANTARA) - Setelah turun selama dua bulan berturut-turut, inflasi Jerman pada Januari 2023 naik tipis menjadi 8,7 persen, menurut data awal yang dirilis oleh Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) pada Kamis (9/2).

Inflasi yang tercatat di perekonomian terbesar Eropa itu mencapai 10,4 persen pada Oktober tahun lalu dan turun menjadi 8,6 persen pada Desember, menurut data resmi.

"Meskipun puncaknya mungkin sudah berlalu, masih terlalu dini untuk menyatakan semuanya aman," kata Fritzi Koehler-Geib, kepala ekonom di bank pembangunan Jerman KfW sembari menambahkan, "Inflasi mencapai perekonomian yang luas."
 
   Melonjaknya harga energi dan pangan menjadi pendorong utama inflasi. Demi meredam dampak kenaikan harga pada masyarakat, pemerintah Jerman mengeluarkan paket-paket bantuan ekstensif, termasuk bantuan "payung pelindung" senilai 200 miliar euro (1 euro = Rp16.232) untuk membatasi harga gas dan listrik.   Untuk 2023, pemerintah Jerman memperkirakan inflasi tahunan akan turun menjadi 6 persen.


Pembayaran satu kali pertama untuk membantu masyarakat menutupi biaya gas dan pemanas pada Desember tahun lalu telah memberikan dampak penurunan pada inflasi, menurut Destatis.

Namun, "sulit untuk mengukur dampak berbagai subsidi gas dan listrik pada tingkat harga konsumen," kata Axel Lindner, wakil kepala Departemen Makroekonomi di Halle Institute for Economic Research (IWH), kepada Xinhua pada Kamis.
 
   Untuk 2023, pemerintah Jerman memperkirakan inflasi tahunan akan turun menjadi 6 persen


Meskipun inflasi akan tetap di atas level historis tahun ini, upaya "pembalikan tren telah dimulai," kata Kementerian Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim (BMWK) Jerman dalam sebuah pernyataan pada akhir Januari, ketika merilis perkiraannya. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2023