Madrid (ANTARA News) - Tampilnya Barcelona sebagai juara Liga Champions setelah di final menaklukkan Arsenal 2-1, telah melahirkan tiga pahlawan secara tidak terduga karena memang tidak pernah diperhitungkan: Victor Valdes, Juliano Belletti dan Frank Rijkaard. Kiper Valdes menjadi pahlawan karena perannya dalam menyelamatkan gawang dari gempuran bintang Arsenal, Thierry Henry, terutama pada menit ke-68. Jika Valdes gagal menghadang tendangan silang Henry, bisa jadi Arsenal akan memperbesar keunggulan menjadi 2-0 ketika pertandingan tersisa 20 menit lagi. "Inilah pertandingan terbaiknya bersama Barca. Valdes tampil sangat solid dan luar biasa," puji surat kabar Mundo Deportivo dalam situsnya, seperti dilansir DPA. Nama Valdes adalah salah satu dari beberapa nama yang sering dikumandangkan para pendukung Barcelona yang tumpah ke jalan untuk merayakan kemenangan. Kondisi tersebut sebenarnya cukup ironis karena Valdes sama sekali bukan pemain yang populer meski ia telah menjadi anggota tim inti pada 2002. Ketidak populeran Valdes disebabkan oleh sikapnya yang arogan dan tidak komunikatif dengan para pendukungnya. Tidak jarang ia menjadi sasaran ejekan di beberapa pertandingan kandang. Penolakannya untuk berbicara dalam bahasa Catalan di depan publik, meski ia sendiri kelahiran dan besar di Barcelona, juga menjadi faktor yang membuatnya tidak disukai. Situs Mundo Deportivo baru-baru ini mengumumkan hasil jajak pendapat yang menyatakan bahwa 63 persen pendukung Barca setuju bahwa merekrut kiper baru merupakan salah satu prioritas untuk musim kompetisi mendatang. "Saya benar-benar tidak paham, mengapa pendukung Barca tidak menyukai saya," kata Valdes beberapa waktu lalu. Tapi barangkalai semua ejekan dan rasa tidak suka tersebut akan segera berubah menjadi puja-puji.... Sementara Belletti, menjadi pahlawan tentu saja karena golnya menjadi penentu kemenangan Barcelona. Seperti halnya Valdes, Belletti yang berasal dari Brazil yang menempati posisi pemain bertahan itu juga tidak begitu dikenal oleh para pendukung Barcelona. "Belletti telah mendapatkan citra sebagai pemain dengan kemampuan lengkap, tapi tidak produktif," tulis situs La Vangudardia minggu lalu. Tapi citra itu pupus sudah. Gol pertamanya sepanjang musim kompetisi tahun ini akan mengakhiri perjuangan Barca, sama seperti gol Ronald Koeman yang mengantar klub itu meraih gelar juara Liga Champions untuk pertama kalinya pada 1992. Tapi pahlawan dari para pahlawan di Barcelona pada saat ini bukanlah Valdes, Belletti, atau bahkan Ronaldinho atau Samuel Eto`o...tapi Frank Rijkaard. Sebagian besar pendukung Barca menolak Rijkaard pada 2003 karena dinilai belum berpengalaman dan tidak pernah bermain untuk klub. Rijkaard ketika ditawari posisi pelatih oleh presiden Barca yang baru Joan Laporta, dua pelatih Belanda lainnya Guus Hiddink dan Ronald Koeman menolak tawaran. Pada tahun pertama sebagai pelatih Barca, Rijkaard sering menjadi sasaran kekecewaan pada pendukung klub itu. Bahkan wakil presiden klub Sandro Rosell pernah berencana untuk mengganti Rijkaard dengan Luiz Felipe Scolari. Rijkaard sang arsitek Tetapi Laporta bersikeras untuk mempertahankan Rijkaard karena mantan bintang tim nasional dan AC Milan itu dinilai lebih setia. Beberapa jam menjelang pertandingan final, Laporta dilaporkan memuji Rijkaard setinggi langit. "Arsitek yang sebenarnya dari sukses ini adalah Frank. Berkat ketenangan, ketegasan dan kemampuannya untuk menangani situasi," kata Laporta. Laporta juga seharusnya memuji Rijkaard sebagai ahli strategi karena keputusannya menurunkan Belletti, Andres Iniesta dan Hendrik Larsson ternyata tidak salah. Ketiga pemain itu sebelumnya lebih banyak duduk di bangku cadangan, tapi pada pertandingan final, mereka ternyata memberikan kontribusi penting bagi sukses Barca. (*)

Copyright © ANTARA 2006