Brussels (ANTARA) - Baik Uni Eropa (EU) maupun zona euro semestinya akan dapat secara sempit menghindari resesi teknis, menurut Prakiraan Ekonomi Musim Dingin 2023 Komisi Eropa yang diterbitkan pada Senin (13/2).

Prospek pertumbuhan untuk 2023 dinaikkan menjadi 0,8 persen untuk Uni Eropa dan 0,9 persen untuk zona euro, menurut dokumen yang dipresentasikan oleh Komisioner EU untuk Urusan Ekonomi Paolo Gentiloni.

Prospek itu masing-masing 0,5 dan 0,6 poin persentase lebih tinggi daripada Prakiraan Musim Gugur (Autumn Forecast).

"Kedua area tersebut saat ini dipersiapkan untuk secara sempit menghindari resesi teknis yang diantisipasi untuk pergantian tahun," kata Komisi Eropa.

Tingkat pertumbuhan 2022 untuk EU dan zona euro diperkirakan sebesar 3,5 persen, kata Gentiloni.

Perkembangan positif yang telah membantu meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi untuk 2023 sejak musim gugur mencakup penurunan harga gas yang drastis dan pasar tenaga kerja yang kuat.   

Harga acuan gas Eropa telah merosot hingga di bawah tingkat sebelum konflik Rusia-Ukraina akibat penurunan permintaan, cuaca yang terbilang ringan, dan diversifikasi pasokan gas.

Resiliensi rumah tangga dan bisnis Eropa juga memainkan peran besar untuk menghindari terjadinya resesi, dengan konsumsi energi 25 persen lebih rendah pada Oktober dan November 2022 dari rata-rata pada Oktober dan November 2017-2021, sehingga melampaui target pengurangan konsumsi gas EU.

Selain itu, pasar tenaga kerja Uni Eropa tetap kuat, dengan angka pengangguran bertahan di tingkat terendah sepanjang masa sebesar 6,1 persen pada akhir 2022.

Risiko inflasi sebagian besar tetap terkait dengan perkembangan di pasar, yang mencerminkan beberapa risiko pertumbuhan yang teridentifikasi.

Khusus pada 2024, risiko kenaikan inflasi diperkirakan akan bertahan, karena tekanan harga dapat lebih luas dan lebih mengakar dari yang diperkirakan jika pertumbuhan upah ditetapkan pada tingkat di atas rata-rata untuk periode yang berkelanjutan.

Inflasi utama di Uni Eropa diproyeksikan turun dari 9,2 persen pada 2022 menjadi 6,4 persen pada 2023 hingga akhirnya mencapai 2,8 persen pada 2024.

Inflasi di zona euro akan mengikuti tren serupa, turun dari 8,4 persen pada 2022 menjadi 5,6 persen pada 2023 dan mencapai 2,5 persen pada 2024.

Namun, menurut prakiraan itu, hambatan akan tetap kuat.

Konsumen dan bisnis terus menghadapi biaya energi yang tinggi, dan inflasi inti masih meningkat pada Januari, sehingga mengikis daya beli rumah tangga.

Seiring dengan tekanan inflasi yang masih membayangi, pengetatan moneter akan terus berlanjut, yang membebani aktivitas bisnis dan menghambat investasi.

"Kami memiliki prospek yang lebih baik dari perkiraan, tidak terlalu negatif dari situasi yang diharapkan, tetapi tidak berarti bahwa kami memiliki prospek keseluruhan yang positif," kata Gentiloni. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023