New York (ANTARA) - PBB, 14 Februari (Xinhua) -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Selasa (14/2) mengumumkan bahwa organisasi dunia tersebut akan meluncurkan permohonan bantuan kemanusiaan sebesar 397 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.168) untuk penduduk Suriah yang terdampak gempa.

"Ini akan mencakup periode selama tiga bulan," kata Guterres kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa "kami sedang dalam tahap akhir untuk permohonan serupa bagi Turkiye."

Upaya untuk Suriah itu menyatukan seluruh sistem PBB dan mitra kemanusiaan dan akan membantu mengamankan bantuan penyelamat nyawa yang sangat dibutuhkan untuk hampir 5 juta warga Suriah, termasuk tempat penampungan, perawatan kesehatan, makanan, dan perlindungan, kata Guterres.

"Cara paling efektif untuk membantu para korban gempa itu adalah dengan menyediakan dana darurat ini," tuturnya.

Gempa bumi dahsyat dan sejumlah gempa susulan mengguncang Turkiye dan Suriah pada 6 Februari, dengan jumlah korban tewas terus bertambah menjadi lebih dari 35.000 orang per Senin (13/2).

Tak lama setelah bencana alam itu terjadi, PBB dengan cepat menyediakan dana bantuan senilai 50 juta dolar AS melalui Central Emergency Response Fund.
 
   "Namun, kebutuhannya sangat besar," kata Guterres, seraya mengatakan bahwa sepekan setelah gempa dahsyat itu, jutaan orang di seluruh wilayah tersebut harus berjuang keras untuk bertahan hidup, terpaksa kehilangan tempat tinggal, dan menghadapi suhu udara yang sangat dingin


"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mengubah situasi ini. Namun, masih banyak yang dibutuhkan," katanya.

Guterres menekankan bahwa penderitaan manusia akibat bencana alam dahsyat ini tidak seharusnya diperburuk oleh hambatan yang dibuat manusia dalam hal akses, pendanaan, dan pasokan.

"Bantuan harus masuk dari semua sisi, ke semua sisi, melalui semua rute, tanpa batasan apa pun," paparnya.

"Saya mendesak negara-negara anggota dan lainnya untuk sepenuhnya mendanai upaya ini tanpa menunda, dan membantu jutaan anak, wanita, dan pria yang hidupnya telah dikacaukan oleh bencana generasi ini," kata Guterres. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023