London (ANTARA) - Turki dapat kehilangan 1 persen produk domestik bruto (PDB) pada 2023, akibat dari dampak ekonomi gempa bumi, menurut laporan Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) pada Kamis.

"Gempa bumi berdampak pada sebagian besar wilayah pertanian dan beberapa industri manufaktur ringan, tetapi imbas ke sektor lain masih terbatas," kata kepala ekonom EBRD Beata Javorcik kepada Reuters.

Bank itu menambahkan bahwa penurunan PBD Turki hingga 1 persen adalah prediksi yang masuk akal, mengingat dukungan dari upaya rekonstruksi pada akhir tahun ini.

Upaya pembangunan kembali daerah terdampak gempa di Turki akan mengimbangi dampak negatif terhadap infrastruktur dan rantai pasokan, kata Bank EBRD.

Turki dan negara tetangganya Suriah diguncang gempa mematikan pada 6 Februari. Gempa itu telah menewaskan lebih dari 41 ribu orang, dan menyebabkan jutaan jiwa membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Terlebih lagi, banyak korban selamat telah kehilangan tempat tinggal mereka di tengah suhu udara yang membekukan.

Tanpa menghitung dampak gempa, EBRD telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Turki dari 3,5 persen menjadi 3 persen pada 2023. Turki adalah penerima terbesar pendanaan dari EBRD.

EBRD menambahkan bahwa meningkatnya persyaratan pembiayaan asing dan ketidakpastian politik terkait dengan pemilihan umum pada 2023, telah menyebabkan kerentanan ekonomi yang signifikan.

Gempa bumi telah mengacaukan rencana pemilu Turki yang akan diadakan pada Juni ini. Kekacauan itu memicu kepanikan dan perdebatan antara pemerintahan Presiden Tayyip Erdogan dan kubu oposisi mengenai kemungkinan penundaan pemilu.

"Meski depresiasi lira Turki melampaui angka inflasi sejak 2015, ekspor Turki telah tumbuh dengan cepat, karena biaya yang lebih rendah yang dibayar dalam dolar AS," tambah laporan itu.

Mata uang Turki lira mencapai rekor terendah baru pada Rabu (15/2).

Sementara itu, indeks saham Turki melonjak hampir sebesar 10 persen pada pembukaan kembali bursa pada Rabu, setelah lima hari ditutup akibat gempa.

Meski usaha pemerintah untuk menopang ekuitas tampaknya berhasil, beberapa analis memperingatkan akan risiko sentimen.

Sumber: Reuters
Baca juga: Lira anjlok ke rekor terendah setelah Erdogan usir 10 dubes barat
Baca juga: Presiden Turki desak penurunan harga setelah Lira "rebound"
Baca juga: Parlemen Turki setujui anggaran pemerintah tahun 2020

Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023