Jakarta (ANTARA) - Yayasan Wahana Visi Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong warga supaya mandiri dalam mengelola sampah melalui bank sampah guna menciptakan lingkungan yang bersih sekaligus meningkatkan taraf ekonomi.

Koordinator Advokasi Phinla Marcell Sinay mengatakan keberadaan bank sampah terbukti ampuh menyelesaikan persoalan sampah pada tingkatan akar rumput.

"Kami mendampingi 10 bank sampah di 10 RW pada empat kelurahan di Jakarta untuk membantu warga dalam meningkatkan kapasitas terkait pengelolaan lingkungan," ujarnya saat mengunjungi bank sampah di Cipinang, Jakarta Timur, Kamis.

Program Phinla yang dijalankan oleh Wahana Visi Indonesia bekerjasama dengan mitra lokal pengelolaan sampah Divers Clean Actuion merupakan program untuk mengembangkan mata pencaharian bagi penduduk yang terkena dampak kemiskinan melalui sistem pengelolaan sampah multi-sektoral.

Baca juga: Kesadaran warga memilah sampah kian meningkat di Jakarta

Baca juga: Tukar sampah dengan sembako, upaya solusi kurangi sampah


Program Phinla adalah dukungan pemerintah Jerman yang melibatkan tiga negara, yakni Filipina, Indonesia, dan Sri Lanka.

Berjalan sejak 2020, Wahana Visi Indonesia dan Divers Clean Action melakukan pendampingan terhadap warga di Jakarta Utara dan Jakarta Timur yang meliputi Cipinang Besar Selatan, Marunda, Cilincing, Semper Barat, dan Penjaringan.

Marcell mencontohkan Bank Sampah Suka Senang di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, punya kisah inspiratif terkait pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Jika sebagian besar bank sampah peran ibu-ibu lebih dominan, maka Bank Sampah Suka Senang ada juga pemuda dengan kebutuhan khusus yang juga aktif berperan sebagai pengurus.

Para pengurus bank sampah itu tidak hanya aktif dalam operasional bank sampah, namun terlibat pula dalam edukasi pengelolaan sampah dari rumah ke rumah.

Salah satu dampak keaktifan pengurus bank sampah dalam melakukan sosialisasi ke warga adalah kenaikan jumlah warga yang bergabung ke bank sampah. Dari 42 nasabah pada Juni 2021, meningkat menjadi 171 nasabah pada Januari 2023.

Dampaknya, jumlah sampah yang dapat dikelola oleh Bank Sampah Suka Senang juga meningkat dari 72 kilogram pada Agustus 2021, menjadi 805 kilogram di November 2022.

Pengurus Bank Sampah Suka Senang, Sadiyah, mengatakan keberadaan bank sampah kian menyadarkan masyarakat untuk memilah sampah, sehingga lingkungan bisa terlihat lebih bersih.

"Awal berdiri November 2019, jumlah nasabah hanya sekitar 30 orang dan sekarang sudah mencapai 171 orang. Dulu sampah-sampah terutama plastik berserakan di sini, tapi sekarang sudah bersih karena warga aktif memilah dan menyetor ke bank sampah," kata Sadiyah.

Bank Sampah kini menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan sampah di tingkat masyarakat. Sampah dipilah berdasarkan jenisnya mulai dari organik, anorganik, logam, maupun sepatu.

Keberadaan bank sampah telah memangkas rantai pengiriman sampah ke tempat pembuangan akhir, karena sampah-sampah tersebut bisa langsung diolah menjadi aneka kerajinan, pupuk kompos, ataupun didaur-ulang.

Praktik baik pengelolaan sampah juga bisa dilihat pada Bank Sampah Jalak Green Collection (JGC) di Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Dalam sepekan ada sekitar 60 kilogram sampah organik yang dikumpulkan dari warga sekitar dan diolah menjadi pupuk kompos.

Hasil dari pupuk kompos tersebut dipakai untuk menyuburkan tanaman di lingkungan sekitar. Dengan demikian, sampah organik sudah tidak lagi dikirim menuju tempat pembuangan akhir melainkan berhenti di bank sampah tersebut.

Pada 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat jumlah timbulan sampah di Indonesia ada sebanyak 18,30 juta ton per tahun, angka pengurangan sampah sebanyak 4,89 juta ton per tahun atau setara 26,72 persen, dan penanganan sampah mencapai 9,25 juta ton per tahun atau setara 50,55 persen.

Sedangkan, data sampah terkelola ada sebanyak 14,14 juta ton per tahun atau setara 77,28 persen dan sampah tidak terkelola sebanyak 4,16 juta ton per tahun atau setara 22,72 persen.

Saat ini, komposisi sampah berdasarkan jenis masih didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 41,9 persen, sampah tumbuhan (kayu, ranting, dan daun) 12 persen, sampah kertas atau karton 10,7 persen, sampah plastik 18,7 persen, dan sampah lainnya 6,9 persen.

Adapun komposisi sampah berdasarkan sumber sampah masih didominasi oleh rumah tangga dengan angka mencapai 37,6 persen, pasar tradisional sebanyak 16,6 persen, dan pusat perniagaan mencapai 22,1 persen.*

Baca juga: Bank sampah binaan PHR-Unilak raih penghargaan peduli lingkungan

Baca juga: Banjarmasin programkan bank sampah organik untuk budidaya maggot

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023