Yogyakarta (ANTARA News) - Awan panas cukup besar terjadi lagi pada Jumat dini hari, dengan jarak luncur sekitar tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi ke arah hulu Kali Krasak di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Panut petugas di Pos Pengamatan Merapi di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ketika dihubungi ANTARA mengatakan sepanjang malam hingga Jumat pagi kejadian awan panas relatif sedikit, begitu pula guguran lava pijar dari puncak gunung ini. Awan panas lainnya yang teramati meluncur dari puncak sejauh sekitar satu kilometer ke arah hulu Kali Gendol di wilayah Kabupaten Sleman. Sementara itu, guguran lava pijar yang teramati terjadi beberapa kali, dan jarak luncurnya rata-rata 1,5 kilometer ke arah hulu Kali Krasak dan Gendol. Ia mengatakan pemantauan secara visual terhadap Gunung Merapi (2.965 mdpl) yang status aktivitasnya masih `awas` ini, sepanjang malam hingga Jumat dini hari banyak terhalang kabut, sehingga awan panas maupun guguran lava pijar yang terjadi tidak bisa teramati optimal. Kata dia, sepanjang Kamis hingga Jumat pagi tidak terjadi hujan abu di wilayah Kaliurang dan sekitarnya, sementara sisa hujan abu Rabu (17/5) lalu masih tampak dan sangat tipis. Kepala Seksi Gunung Merapi pada Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Drs Subandriyo, menyebutkan volume kubah lava baru di puncak Merapi saat ini sekitar 2,3 juta meter kubik. Menurut dia, sejak kemunculannya pada 26 April lalu, di awal-awal pertumbuhannya kubah lava baru ini setiap harinya bertambah rata-rata 150.000 meter kubik. "Sekarang tampaknya agak melambat pertumbuhannya, kemungkinan karena suplai magma berkurang," sambungnya. Kondisi kubah lava baru saat ini masih labil sehingga mudah longsor, dan apabila terjadi longsoran besar dapat menimbulkan awan panas, ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006