Cisarua (ANTARA News) - Bayi gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranses L.) menjadi gajah ke-16 yang lahir di Lembaga Konservasi ex-situ Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar) dari induk betina bernama Intan, dan kelahiran itu menjadi istimewa di saat maraknya kematian gajah Sumatera di Riau saat ini. "Tentu saja lahirnya bayi gajah Sumatera ini sangat melegakan kita yang bergiat di dunia konservasi satwa liar karena hadir di tengah-tengah keprihatinan kita semua atas matinya beberapa gajah di Riau," kata Tony Sumampau, Direktur TSI Cisarua kepada ANTARA News, Jumat. Ia menjelaskan, lahirnya gajah Sumatera itu kian memantapkan fungsi TSI Cisarua sebagai salah satu lembaga konservasi ex-situ di Indonesia. "(Kelahiran) ini merupakan keberhasilan ke-16 setelah 20 tahun usia TSI Cisarua, dan menjadi luar biasa karena adanya kematian lima ekor gajah Sumatera di Riau beberapa waktu lalu," katanya. Malahan, dari data yang ada, sejak lima bulan terakhir terhitung kematian gajah Sumatera sekurangnya telah mencapai 14 ekor. Anak gajah Sumatera itu lahir secara normal pada hari Kamis (18/5) dinihari pukul 04:30 WIB dari induk betina Intan setelah mengandung selama 22 bulan, di bawah pengawasan intensif para keeper dan tim medis TSI. Menurut Tony Sumampau, yang juga Koordinator Umum FOKSI (Forum Konservasi Satwa liar Indonesia), kasus matinya belasan gajah Sumatera di Riau seharusnya mendorong para pemangku kepentingan (stakeholder) --termasuk pemerintah, masyarakat di sekitar habitat maupun LSM yang peduli pada koservasi satwa liar-- untuk segera bertemu dan mencari solusi konflik gajah dengan masyarakat. Diungkapkannya bahwa dari data yang sering dimunculkan, populasi gajah Sumatera tercatat 3.500 ekor, namun hingga kini jumlah pastinya masih belum dapat dikonfirmasi secara pasti. "Jangan-jangan kita mengacu ke angka itu, tapi tahu-tahu tinggal 500 ekor, nah...ini yang memerlukan para pemangku kepentingan untuk segera bertemu," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006