Dengan besarnya potensi sektor pertanian, Bank Indonesia terus berupaya mendorong pengembangan secara end-to-end, baik di sisi hulu maupun hilir
Mataram (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat Heru Saptaji menyatakan pergerakan sektor bukan tambang di NTB sangat agresif sehingga menjadi salah satu pemicu pemulihan ekonomi daerah.

"Khusus sektor nontambang pergerakannya sangat agresif. Produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi NTB dari sektor nontambang saat ini, di kisaran Rp125 triliun lebih tinggi dari tahun 2019 (sebelum COVID-19) yang hanya berada di kisaran Rp115 triliun," kata Heru Saptaji, di Mataram, Rabu.

Menurut dia, besarnya potensi sektor nontambang di NTB, menjadi peluang besar untuk mendorong perekonomian daerah yang saat ini bergerak sangat baik.

Hal itu tercermin dari bagaimana Provinsi NTB telah melewati kondisi sebelum COVID-19 pada 2019, di mana PDRB berada di kisaran Rp132,5 triliun, namun kini telah meningkat menjadi Rp157 triliun.

Baca juga: BI NTB targetkan 3,5 juta transaksi digital menggunakan QRIS pada 2023

Hal tersebut, lanjut Heru, merupakan suatu pertumbuhan yang sangat positif di tengah tantangan kompleksitas yang ada. Pertumbuhan tersebut tentunya tidak terlepas dari kontribusi lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha pendukung pariwisata.

"Dengan besarnya potensi sektor pertanian, Bank Indonesia terus berupaya mendorong pengembangan secara end-to-end, baik di sisi hulu maupun hilir," ujarnya.

Di sisi hulu, kata dia, salah satu upaya untuk menjaga kestabilan harga pangan adalah melalui penerapan budi daya pertanian organik. Sedangkan di sisi hilir, diversifikasi produk turunan merupakan salah satu cara untuk menjaga kestabilan harga komoditas setelah panen.

Sebab, dengan dilakukannya proses pengolahan lebih lanjut maka dapat menjadikan komoditas memiliki daya tahan yang lebih lama dan nilai jual yang lebih bersaing.

Tentunya selain mengendalikan inflasi pangan, menurut Heru, bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pertanian maupun perikanan, kedua upaya tersebut juga dapat meningkatkan keuntungan.

"Keuntungan petani dan nelayan bisa lebih baik sebagai akibat dari efisiensi biaya produksi serta nilai jual yang lebih tinggi terhadap produk turunan," ucapnya.

Ia menambahkan progres yang sangat baik juga tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi NTB yang berhasil lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasinya.

Pencapaian tersebut membawa Provinsi NTB berada di urutan ke-4 dan menjadi salah satu provinsi terbaik di Indonesia, dalam hal pengendalian inflasi daerah.

Artinya, lanjut Heru, semua pihak perlu selalu optimis karena dari sisi nontambang juga sangat baik. Nilai tambahnya diperoleh dari bagaimana barang mentah tidak terus diekspor, namun ada yang diendapkan.

"Dari sisi hulu produktivitasnya juga ditingkatkan. Artinya ketika ada kendala harus hadir terobosan dan inovasi," katanya.

Baca juga: BI optimistis ekonomi NTB tetap tumbuh bagus pada 2023
 

Pewarta: Awaludin
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023