Amman (ANTARA) - Para petinggi Israel dan Palestina bertemu di Yordania pada Minggu untuk membahas upaya menghentikan kekerasan yang meningkat di antara kedua pihak, kata seorang pejabat.

Pertemuan itu berlangsung ketika Amerika Serikat dan negara-negara Arab sekutunya berupaya meredakan ketegangan Israel-Palestina yang memicu kekhawatiran lebih luas.

Pembicaraan tersebut menjadi bagian dari diplomasi Yordania bersama AS dan Mesir untuk menurunkan tensi konflik menjelang datangnya bulan suci Ramadan.

Acara yang berlangsung di kota pelabuhan Aqaba itu mempertemukan para pejabat keamanan Israel dan Palestina untuk pertama kalinya dalam sekian tahun, kata para pejabat.

Brett McGurk, penasihat urusan Timur Tengah Presiden AS Joe Biden, hadir bersama para pejabat Yordania dan Mesir.

Namun, kelompok Hamas yang memerintah Gaza mengkritik Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat karena menghadiri pertemuan itu.

Mereka menyebut tindakan tersebut "menikam rakyat Palestina dari belakang".

Seorang petinggi Yordania mengatakan pertemuan itu untuk memulihkan ketenangan dan memberi harapan bagi Palestina untuk menjadi negara merdeka di wilayah yang diduduki Israel sejak perang 1967, termasuk Yerusalem Timur.

"Jika kedua pihak gagal mencapai kesepakatan maka dinamika di lapangan akan semakin panas, mendorong kekerasan yang dapat membuat semua orang menderita," kata sang pejabat.

Dalam laporan yang tidak disebutkan sumbernya, Radio Angkatan Darat Israel mengatakan kedua pihak dapat membahas upaya untuk memperkuat pasukan keamanan Palestina di Tepi Barat, selain pembatasan aktivitas di permukiman Israel.

"Diskusi digelar bersama (utusan) Amerika tentang bagaimana menciptakan atmosfer baru dengan mengakhiri langkah-langkah sepihak dalam beberapa bulan terakhir. Kami bersedia (menerima) itu," kata Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi seperti dikutip harian Maariv.

Baca juga: Perbatasan Palestina-Israel memanas usai serangan di Tepi Barat

Baca juga: Komisaris HAM PBB minta Israel, Palestina patuhi hukum internasional


Pada tahun-tahun sebelumnya, bentrokan telah terjadi antara polisi Israel dan warga Palestina di sekitar Masjid Al Aqsa di Yerusalem selama bulan puasa Ramadan, yang berbarengan dengan ibadah Passover Yahudi dan perayaan Paskah Kristiani.

Pejabat Yordania itu memperingatkan tentang "dinamika yang sangat sulit di lapangan dengan eskalasi yang terjadi menjelang Ramadan dan Passover".

Yerusalem merupakan kota suci bagi ketiga agama itu. Yordania adalah  penjaga Masjid Al Aqsa di Kota Lama Yerusalem.

Sedikitnya 62 warga Palestina, termasuk milisi dan warga sipil, telah terbunuh tahun ini, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

Sepuluh warga Israel dan seorang turis Ukraina tewas dalam serangan Palestina pada periode yang sama, kata Kementerian Luar Negeri Israel.

Sejumlah faksi Palestina mendesak PA untuk mundur dari pertemuan itu, yang mereka sebut plot buatan AS untuk meredam aspirasi Palestina.

PA mengatakan delegasinya akan meminta Israel mengakhiri pendudukan di Tepi Barat dan menyepakati perjanjian damai yang mendukung solusi dua-negara dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Raja Yordania Abdullah awal bulan ini bertemu dengan Biden dan berbicara dengan McGurk.

Dalam pembicaraan itu AS–sekutu Israel, Mesir dan Yordania memperingatkan ancaman terhadap keamanan regional dan mengajak pihak-pihak yang bertikai melanjutkan pembicaraan tentang kenegaraan Palestina yang disponsori AS.

Yordania dan Mesir merasa terdorong oleh peran AS yang lebih proaktif dan kritik Washington terhadap perluasan permukiman Yahudi, kata para pejabat.

Kembalinya Benjamin Netanyahu ke tampuk kekuasaan Israel telah membuat negara-negara Arab kian mengkhawatirkan eskalasi konflik.

Pembangunan permukiman Yahudi di atas tanah yang direbut Israel pada perang 1967 dipandang oleh sebagian besar pemimpin dunia sebagai tindakan ilegal.

Sumber: Reuters

Baca juga: Sekjen PBB: permukiman Israel di Palestina ilegal dan harus dihentikan

Baca juga: Netanyahu: Damai dengan Arab Saudi akan akhiri konflik Arab-Israel

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023