Mexico City (ANTARA) - Massa berjumlah besar berunjuk rasa di berbagai wilayah Meksiko pada Minggu (26/2) untuk menentang pemerintah merombak peran otoritas pemilu independen karena langkah itu dianggap mereka mengancam demokrasi.

Aksi tersebut sejauh ini tampaknya merupakan demonstrasi terbesar yang pernah digelar untuk menentang pemerintahan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador. 
 
Menurut penyelenggara, unjuk rasa yang berlangsung di Mexico City diikuti oleh lebih dari 500.000 orang. Tayangan-tayangan video di media sosial memperlihatkan Zocalo --alun-alun utama di Mexico City-- dipadati orang. 

Seorang polisi yang berada dekat lokasi tersebut mengatakan dirinya mendengar jumlah seperti itu, namun berbagai pihak lain memperkirakan bahwa jumlah peserta demonstrasi lebih sedikit dari angka yang disebutkan penyelenggara.

Kongres Meksiko pekan lalu menyetujui perombakan Institut Pemilihan Nasional (INE), yang kerap diserang Lopez Obrador sebagai lembaga korup dan tidak efisien.

Presiden menyangkal pengubahan tersebut  akan melemahkan demokrasi Meksiko. Namun, para pengkritik telah bertekad membawa perundang-undangan tersebut, yang memangkas anggaran dan jumlah pegawai INE, ke Mahkamah Agung.

Veronica Echevarria, seorang psikolog dari Mexico City yang ikut berunjuk rasa, berkata dirinya cemas bahwa perombakan yang diusung Lopez Obrador terhadap INE merupakan upaya sang presiden untuk menguasai otoritas pemilu agar dia bisa terus berkuasa.

"Kami berjuang mempertahankan demokrasi kami," katanya sambil mengenakan topi bertuliskan "Jangan ganggu INE".

Ribuan peserta unjuk rasa itu banyak yang membawa bendera Meksiko dan mengenakan pakaian berwarna merah jambu, warna khas INE.

Teriakan "Lopez turun!" juga terdengar berkali-kali. 

INE dan lembaga pendahulunya berperan penting dalam menciptakan demokrasi majemuk sehingga pada 2000 menghentikan kepemimpinan satu partai yang berlangsung selama berpuluh-puluh tahun, menurut banyak analis politik.

Fernando Belaunzaran, politikus oposan yang membantu menggelar aksi protes itu, memperingatkan bahwa perombakan tersebut telah memperlemah sistem pemilu serta meningkatkan risiko sengketa pada pemilu 2024 --untuk memilih pengganti Lopez Obrador.

Presiden Meksiko hanya dapat menjabat selama enam tahun dalam satu periode.

"Biasanya presiden berusaha menciptakan tata pemerintahan dan stabilitas untuk suksesi mereka, tetapi presiden ini menciptakan ketidakpastian. Dia bermain dengan api," kata Belaunzaran.

Belaunzaran berkicau di Twitter pada Minggu bahwa akan ada unjuk rasa di lebih dari 100 kota. Dia menyebut lebih dari 500.000 orang akan berkumpul di ibu kota untuk menentang perombakan tersebut.

Angel Garcia, pengacara di Mexico City, menyatakan demonstrasi yang digelar juga merupakan "permohonan kepada Mahkamah Agung untuk menyatakan bahwa perombakan itu melanggar konstitusi".

Ia juga menuturkan unjuk rasa pada Minggu adalah kesempatan terakhir untuk melindungi INE, dan kegagalan melakukan langkah tersebut akan membawa demokrasi Meksiko kembali ke masa lalu.

Lopez Obrador, penganut paham kiri berusia 69 tahun yang berpendapat dirinya dua kali dirampas dari kursi kepresidenan sebelum akhirnya menang meyakinkan pada pemilu 2018, menyatakan INE terlalu boros dan cenderung berpihak kepada lawannya.

INE menolak tuduhan itu.

Menurut INE, perombakan yang dilakukan presiden melanggar konstitusi, menghalangi independensi lembaga tersebut, dan menghilangkan ribuan lapangan pekerjaan yang bertujuan menjaga proses pemilu, sehingga mempersulit penyelenggaraan pemilu secara jujur dan adil.

Lopez Obrador juga telah melemahkan lembaga otonom lainnya yang mengawasi kekuasaannya dengan alasan bahwa lembaga-lembaga tersebut menguras dana publik dan memusuhi proyek politiknya.

Lopez Obrador mengatakan perombakan terhadap INE akan menghemat 150 juta dolar AS  (sekitar Rp2,29 triliun) per tahun.

Jajak pendapat menunjukkan partai presiden, Gerakan Regenerasi Nasional (Morena), yang hanya dalam beberapa tahun terakhir menjadi kekuatan dominan di Meksiko, unggul kuat untuk memenangi pemilu 2024. 

Selama bertahun-tahun, Zocalo telah menjadi tempat unjuk rasa terkait Lopez Obrador, baik saat dirinya sebagai presiden maupun selama karier panjangnya sebagai oposisi terhadap kelompok elite Meksiko.

Antonio Mondragon, pengunjuk rasa yang mengaku memilih Lopez Obrador pada 2018, menyatakan masyarakat sudah muak dengan presiden yang bertingkah laku seperti diktator.

"Kita perlu kembali menjadi demokrasi, karena orang ini (Lopez Obrador) sudah gila," kata Mondragon, pensiunan dokter gigi di ibu kota, mengenai sang presiden.

Sumber : Reuters

Baca juga: Iklim investasi di Meksiko membuat Kanada prihatin

Baca juga: Jurnalis Meksiko desak presiden hentikan kekerasan terhadap pers


 

Marak kekerasan, aparat lucuti senjata warga Meksiko

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023