Yogyakarta (ANTARA News) - Volume kubah Gunung Merapi diperkirakan masih berkisar 2,3 juta meter kubik, demikian laporan terakhir dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Senin. Hal ini terjadi akibat adanya keseimbangan antara guguran lava dan suplai magma, sehingga tidak terlihat pertumbuhan kubah yang berarti. Deformasi tubuh puncak tidak memperlihatkan adanya perkembangan sehingga dapat diartikan tidak terjadi akumulasi tekanan di tubuh puncak Merapi. Dalam evaluasi "Awas Merapi" selama sepekan terakhir, 13 - 20 Mei, tercatat telah terjadi 265 kali awan panas dengan arah dominan menuju ke hulu Kali Krasak, Bedog, Boyong, dan Gendol dengan jarak luncur maksimal empat kilometer. Sedangkan pada 20 Mei terjadi awan panas sebanyak 24 kali mengarah ke hulu Kali Krasak, Boyong, dan Gendol dengan jarak luncur maksimal tiga kilometer. Disebutkan aktivitas kegempaan berdasarkan rekaman seismograf didominasi oleh guguran dan gempa multifase (MP). Gempa MP tersebut mendahului terjadinya guguran, dan ini menunjukan bahwa kubah lava belum stabil. Berdasarkan evaluasi di atas, aktivitas Gunung Merapi masih tetap dalam status "awas" karena masih berpotensi terjadi awan panas akibat aktivitas magmatis di puncak. Sementara itu, dari Pos Pengamatan Merapi di Kaliurang dilaporkan guguran lava pijar dan hembusan awan panas hingga Senin dinihari masih terjadi namun tidak sebesar hari-hari sebelumnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006