Jakarta (ANTARA News) - Badan Pelaksana Hulu Migas (BP Migas) menyatakan bahwa kebocoran pipa gas bawah laut milik BP West Java yang terjadi sejak Jumat (19/5) sore ternyata cukup parah, sehingga perbaikannya memerlukan waktu lebih dari seminggu. Deputi Operasi BP Migas Dody Hidayat di Jakarta hari Senin mengatakan, mengingat tingkat kerusakan yang parah dan lamanya waktu perbaikan, BP Migas minta PLN menyiapkan bahan bakar minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar bagi pembangkit listrik. "Hari Rabu (24/5), kami akan mengundang semua pihak yang terkait karena perkiraan perbaikan memerlukan waktu lebih dari seminggu," katanya. Menurut dia, berdasarkan informasi sementara, kebocoran terjadi di pipa 10 inchi sumur APN D dengan tingkat produksi 20 juta kaki kubik per hari di dua lokasi yakni badan pipa dan pada sambungan ke pipa 24 inchi. Sementara ini, lanjutnya, tindakan yg dilakukan adalah mengisolasi sumur APN D dengan memasang keran agar saat berproduksi tidak perlu menutup seluruh APN. Tindakan lainnya adalah memutus kabel jangkar agar pipa tidak bergerak. "Selasa (23/5) besok, mulai dilakukan mobilisasi peralatan penyelam guna melihat kondisinya. Kalau perlu membawa peralatan canggih agar bisa melihat keretakan pipa, sehingga paling cepat Rabu (24/5) baru penyelam bekerja," ujarnya. Setelah mendapat gambaran yang pasti mengenai tingkat kerusakan, menurut Dody, baru diputuskan tindakan selanjutnya. Pasokan gas dari BP West Java Ltd ke PLTGU Priok dan Muara Karang berkurang 130 juta kaki kubik per hari atau setengahnya dari kondisi normal yang 260 juta kaki kubik per hari sejak Jumat (19/5) sekitar pukul 20.00 WIB dikarenakan pipa gas alam dari sumur APN mengalami kebocoran. Executive VP BP West Java Meiti Wajong mengatakan, penghentian sementara dilakukan demi alasan keselamatan setelah ditemukannya indikasi adanya kebocoran gas di area tersebut. Akibat berkurangnya pasokan gas itu, kemampuan PLTGU Priok dan Muara Karang mengalami defisit 500-600 MW. Dampak selanjutnya, mulai Senin ini, PLN menetapkan kondisi listrik di Jakarta berstatus siaga dan menghimbau kepada pelanggan baik rumah tangga maupun industri mengurangi pemakaian listrik saat beban puncak agar tidak terjadi pemadaman. PLN mengaku harus menombok hingga Rp8,2 miliar per hari karena harus mengganti pasokan gas dengan BBM yang mahal. Sebelumnya, selama beberapa hari pasokan listrik di Jawa-Bali juga mengalami defisit 290 MW menyusul kekurangan pasokan BBM di PLTGU Tambak Lorok, Jateng dan PLTGU Grati, Jatim. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006