New York (ANTARA) - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didorong oleh tanda-tanda rebound ekonomi yang kuat di importir minyak mentah utama China dan meredanya kekhawatiran kenaikan suku bunga AS yang agresif.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April terangkat 47 sen atau 0,6 persen, menjadi menetap di 78,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei bertambah 44 sen atau 0,5 persen, menjadi ditutup pada 84,75 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Aktivitas manufaktur di China tumbuh bulan lalu pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade, data menunjukkan pada Rabu (1/3/2023), menambah bukti rebound di ekonomi terbesar kedua di dunia itu setelah penghapusan pembatasan COVID-19 yang ketat.

Impor minyak Rusia melalui laut oleh China akan mencapai rekor tertinggi bulan ini karena penyuling-penyuling memanfaatkan harga murah.

Juga membantu harga adalah komentar dari Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic, yang mengatakan Fed harus tetap dengan kenaikan suku bunga seperempat poin "stabil" untuk saat ini dalam upaya untuk menghindari penurunan ekonomi.

"Kami dihantam oleh pembicaraan Fed, tetapi komentar Bostic tampaknya membantu minyak," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Pernyataan tersebut meredakan kekhawatiran yang dipicu sebelumnya ketika data pengangguran AS yang kuat membuat investor khawatir tentang kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan lebih besar.

Meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) setelah akselerasi harga konsumen yang lebih cepat dari perkiraan di Prancis, Spanyol dan Jerman, membuat minyak bergerak lebih tinggi.

"Kekhawatiran inflasi yang muncul kembali berkontribusi pada suasana yang suram," kata analis PVM Oil, Tamas Varga. "Kecemasan inflasi yang terus-menerus akan bertindak sebagai jeda reli yang berkepanjangan dalam waktu dekat."

Inflasi zona euro naik pada Februari ke tingkat tahunan yang lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,5 persen, menurut perkiraan pertama dari badan statistik Uni Eropa.

Risalah ECB pada Kamis (2/3/2023) menunjukkan bank sentral dapat terus menaikkan suku bunga di luar pertemuan Maret dua minggu ke depan, kata ING Economics.

Di Amerika Serikat, penumpukan stok minyak mentah selama 10 minggu berturut-turut juga membebani pasar.

Minyak juga tertekan oleh penguatan dolar, setelah klaim pengangguran AS menunjukkan pasar pekerjaan yang kuat. Dengan data lain yang menunjukkan kenaikan biaya tenaga kerja, investor memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun lagi minggu lalu.

"(Prospek) kenaikan suku bunga AS lebih lanjut kemungkinan akan mempertahankan kekuatan dolar AS dalam memberikan pembatas utama kenaikan harga minyak," kata Jim Ritterbusch dari konsultan Ritterbusch and Associates.


Baca juga: Minyak tergelincir di Asia tertekan kekhawatiran permintaan global
Baca juga: Harga minyak menguat di Asia saat sinyal pemulihan ekonomi China
Baca juga: Minyak naik, meningkatnya pasokan diimbangi harapan permintaan China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023