Tokyo (ANTARA) - Dolar AS turun kembali dari level tertinggi 2,5 bulan versus yen di awal sesi Asia pada Jumat pagi, dan melemah menuju kerugian mingguan pertama sejak Januari terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, karena para pedagang mencoba untuk mengukur jalur kebijakan Federal Reserve.

Yen, yang sangat sensitif terhadap perbedaan suku bunga jangka panjang AS-Jepang, mengancam akan memperpanjang penurunan beruntun mingguan menjadi tujuh minggu, bahkan saat menguat pada Jumat dengan imbal hasil AS tenor 10 tahun mundur dari level tertinggi hampir empat bulan mendekati 4,1 persen.

Mengambil sedikit tenaga dari dolar dan kenaikan tajam dalam imbal hasil AS adalah komentar dari Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic semalam bahwa "pelan dan stabil akan menjadi tindakan yang tepat," meskipun angka tenaga kerja baru menambah rangkaian data yang kuat akhir-akhir ini.

"Untuk tahun ini, prospek dolar akan terus bergantung secara kritis pada apakah obligasi dan ekuitas dapat bersatu (seperti yang tampaknya terjadi pada Januari) atau apakah kita tetap berada di lingkungan bearish/bearish yang mendominasi tahun 2022," tulis ahli strategi RBC dalam catatan klien.

"Pada gilirannya, ini akan bergantung pada data AS yang masuk, khususnya data inflasi."

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap yen, euro dan empat mata uang utama lainnya, turun 0,11 persen menjadi 104,85, dari setinggi 105,36 pada awal pekan, yang merupakan level tertinggi sejak 6 Januari. Sejak Jumat lalu (24/2/2023), indeks telah tergelincir 0,36 persen.

Para analis yang disurvei oleh Reuters mengatakan penguatan dolar baru-baru ini bersifat sementara, dan mata uang akan melemah sepanjang tahun di tengah membaiknya ekonomi global dan ekspektasi Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga jauh di depan Bank Sentral Eropa.

Bank sentarl Jepang (BoJ) juga diperkirakan akan mulai membongkar langkah-langkah stimulus luar biasa beberapa saat setelah Gubernur Haruhiko Kuroda pensiun bulan depan.

Data inflasi Tokyo untuk Februari melampaui target BoJ untuk bulan kesembilan, tetapi ukuran inti melambat dari level tertinggi dalam 42 tahun.

Dolar melemah 0,15 persen menjadi 136,575 yen, setelah naik ke 137,10 semalam, tertinggi sejak 20 Desember. Untuk minggu ini, dolar hanya sedikit di atas datar, tetapi kenaikan apapun akan mempertahankan kenaikan beruntunnya sejak pertengahan Januari.

Euro naik 0,08 persen menjadi 1,0606 dolar, setelah naik dari level terendah hampir dua bulan di 1,0533 dolar pada awal pekan. Sejak Jumat lalu (24/2/2023), mata uang tunggal menguat 0,59 persen.


Baca juga: Dolar menguat, data tenaga kerja AS indikasikan kenaikan bunga Fed
Baca juga: Emas tergelincir, investor aksi ambil untung setelah dolar AS menguat
Baca juga: Yuan melonjak 592 basis poin menjadi 6,8808 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023