Jakarta (ANTARA) - Pakar nutrisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Winra Pratita mengemukakan 95 persen kasus obesitas pada anak dipengaruhi masalah keseimbangan energi, sisanya terjadi akibat kelainan genetik.

"Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang keluar. Sehingga, terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam jaringan lemak," kata Winra Pratita dalam webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin.

Winra yang juga Ketua Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumut itu menyebut kasus tersebut terjadi akibat asupan energi tinggi, yang tidak ditunjang dengan aktivitas fisik secara optimal, sehingga metabolisme tubuh rendah.

Baca juga: Obesitas anak bisa disebabkan kelainan genetik

"Berdasarkan etiologi, obesitas pada anak 95 persen akibat asupan energi tinggi, tapi aktivitas fisik rendah," katanya.

Ia mengatakan kurang aktivitas fisik memicu berat badan bertambah, khususnya selama pandemi, dimana berat badan anak banyak yang bertambah karena hanya beraktivitas di rumah.

Karakteristik pasien obesitas akibat ketidakseimbangan energi umumnya berperawakan tinggi, didapat riwayat obesitas pada keluarga, dan pertumbuhan tulang normal.

Ia menyebut obesitas sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan.

"Berbeda dengan overweight, yakni kelebihan berat badan dibandingkan berat ideal yang disebabkan penimbunan jaringan lemak," katanya.

Selain masalah keseimbangan energi, lima persen kasus obesitas pada anak juga dapat disebabkan pengaruh medis, seperti endokrinologi atau faktor genetik.

"Biasanya perawakan pendek, tidak didapat riwayat obesitas pada keluarga, pertumbuhan tulang terlambat," katanya.

Gejala klinis yang bisa dikenali pada bagian kepala, terlihat wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap. Pada tenggorok hipertrofi tonsil, leher tampak pendek dan bercak kehitaman di belakang leher, dada membusung dengan payudara membesar, suara napas mengorok.

Selain itu, faktor genetik pada obesitas juga ditandai perut membuncit disertai dinding perut berlipat, tungkai berbentuk X, gerakan pinggul terbatas, sistem reproduksi penis tampak kecil karena tertutup timbunan lemak.

Baca juga: Jangan dianggap lucu, ini bahaya obesitas pada anak

Baca juga: Peran penting keluarga dan guru tekan angka obesitas anak-anak


Upaya pencegahan yang bisa dilakukan, di antaranya dengan cara mencegah konsumsi makanan atau minuman berpemanis melebihi ambang batas aman.

Asupan gula, garam, dan lemak, sesuai dengan rekomendasi maksimum, yaitu gula sebanyak 50 gram per hari (4 sdm), garam sebanyak 2 gram (sdt), dan lemak sebanyak 67 gram (5 sdm).

Selain itu, anak juga memerlukan asupan makanan berkarbohidrat, vitamin, dan mineral yang seimbang.

"Aktivitas fisik diperlukan paling tidak 60 menit, bisa bermain dengan anak sesuai kesukaannya. Kurangi waktu di depan layar ponsel, tv atau komputer," katanya.

Winra juga mendorong orang tua memperhatikan waktu tidur yang cukup untuk anak. Anak usia 4 hingga 12 bulan 12--16 jam, 1 hingga 2 tahun 11--14 jam, 3 hingga 5 tahun 10--13 jam, 6 hingga 12 tahun 9--12 jam, 13 hingga 18 tahun 8--10 jam.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023