Sekilas awal pada pernyataan RBA menunjukkan mereka mendekati akhir dari siklus pengetatan, dan mungkin satu langkah lebih dekat untuk membahas jeda secara terbuka
Singapura (ANTARA) - Dolar AS gagal membuat kemajuan di sesi Asia pada Selasa sore, menjelang kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres, sementara Aussie jatuh setelah bank sentral Australia (RBA) mengisyaratkan bahwa pihaknya mungkin hampir selesai dengan pengetatan moneter.

Dolar Australia turun ke level terendah lebih dari dua bulan di 0,6690 dolar AS dan terakhir turun 0,45 persen di 0,6702 dolar AS karena bank sentral menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan sebesar 25 basis poin ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade di 3,60 persen.

Namun dalam langkah dovish, RBA mengubah referensi untuk "kenaikan" suku bunga lebih lanjut, sebaliknya mengatakan bahwa "pengetatan lebih lanjut" akan diperlukan, menunjukkan bahwa bank sentral mungkin mendekati akhir siklus kenaikannya.

"Sekilas awal pada pernyataan RBA menunjukkan mereka mendekati akhir dari siklus pengetatan, dan mungkin satu langkah lebih dekat untuk membahas jeda secara terbuka," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.

Di tempat lain, indeks dolar AS, yang mengukurnya terhadap enam mata uang utama rival, datar di 104,24, setelah turun 0,26 persen semalam. Indeks turun 0,6 persen untuk bulan ini menyusul kenaikan 2,6 persen pada Februari.

Euro naik 0,03 persen menjadi 1,0681 dolar, menahan kenaikan hampir 0,5 persen semalam. Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2037 dolar, naik 0,13 persen, sedangkan kiwi naik 0,08 persen menjadi 0,620 dolar AS.

Yen Jepang sebagian besar datar di 135,93 per dolar menjelang pertemuan kebijakan terakhir untuk gubernur bank sentral Jepang Haruhiko Kuroda pada Kamis (9/3/2023) dan Jumat (10/3/2023), ketika bank sentral bersiap untuk mempertahankan jalur moneternya yang sangat longgar.

Data pada Selasa menunjukkan upah riil Jepang turun paling tinggi dalam hampir sembilan tahun pada Januari karena inflasi empat dekade menekan daya beli konsumen.

Perhatian investor akan tertuju pada kesaksian Powell di depan Kongres pada Selasa dan Rabu (8/3), dengan laporan pekerjaan Februari yang akan dirilis pada Jumat (10/3) juga sangat ditunggu.

Kevin Cummins, kepala ekonom di NatWest Markets, mengatakan Powell kemungkinan akan mengungkapkan kekhawatiran yang meningkat tentang inflasi tetapi mungkin akan berhenti meningkatkan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada 22 Maret.

Setelah memberikan kenaikan yang signifikan tahun lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada dua pertemuan terakhirnya, tetapi data ekonomi yang tangguh sepanjang Februari memicu kekhawatiran bank sentral akan kembali ke langkah yang lebih besar.

"Kami menduga dia akan terdengar tidak berkomitmen untuk saat ini dan mengambil isyarat dari data penting yang akan datang," kata Cummins, yang memperkirakan Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin.

Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan probabilitas 76 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Maret. Mereka juga memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya di 5,48 persen pada September dan masih di atas 5,0 persen pada akhir tahun.

Ahli strategi mata uang OCBC, Christopher Wong, mengatakan kesaksian Powell akan menjadi salah satu contoh terakhir pejabat Fed berbicara sebelum periode black-out dimulai menjelang pertemuan FOMC.

"Kami akan mencari petunjuk tentang seberapa lama siklus kenaikan ini, seberapa tinggi tingkat suku bunga terminal dan apakah besarnya kenaikan akan meningkat," kata Wong, menambahkan dia memperkirakan dolar akan bergejolak antara sekarang dan pertemuan Fed berikutnya.

Baca juga: Dolar AS melemah di awal sesi Asia jelang kesaksian Powell

Baca juga: Dolar melemah, kesaksian Powell dan data pekerjaan jadi fokus

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023