Depo BBM Plumpang memasok sekitar 20 persen kebutuhan BBM harian di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Selama beberapa hari terakhir, perhatian publik tertuju pada Terminal Integrasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamina di Plumpang, Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Pipa penerimaan BBM di objek vital itu terbakar pada Jumat (3/3) sekitar pukul 20.10 WIB hingga merembet ke permukiman warga yang berada dekat dengan terminal BBM itu.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, hingga Rabu (8/3), tercatat 19 orang meninggal dunia dan 39 orang lainnya dirawat di sembilan rumah sakit di Ibu Kota.

Tak hanya itu, “si jago merah” juga melalap sejumlah rumah yang tersebar di Rukun Tetangga (RT) 3 dan 4 di Rukun Warga (RW) 9, Kampung Tanah Merah, Rawa Badak Selatan, yang sempat mengakibatkan 1.085 orang mengungsi.

 

Peran strategis

Di balik peristiwa tragis itu, Terminal BBM yang kerap disebut Depo BBM Plumpang itu memiliki fungsi yang besar untuk kehidupan masyarakat.

Depo BBM itu berdiri di lokasi strategis, tak jauh dari pesisir utara Jakarta, yang beroperasi sejak 1974.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan Depo Plumpang itu merupakan salah satu terminal BBM terpenting di Indonesia.

Keberadaannya seakan menjadi pemegang kunci distribusi BBM di Ibu Kota.

Tak hanya di Jakarta, aliran BBM dari Plumpang itu tapi juga diserap hingga daerah penyangga Ibu Kota yakni di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek).

Dari depo yang memiliki luas sekitar 48 hektare itu melayani 649 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di kawasan Jabodetabek dan sekitarnya.

Pertamina mencatat Depo BBM Plumpang memasok sekitar 20 persen kebutuhan BBM harian di Indonesia atau sekitar 25 persen dari total kebutuhan SPBU Pertamina.

Jumlah BBM yang dialirkan (thruput) di depo itu rata-rata sebesar 16.504 kiloliter per hari dengan wilayah distribusi utamanya meliputi wilayah Jabodetabek.

Depo BBM Plumpang memiliki kapasitas tangki timbun sebesar 291.889 kiloliter.

Saat ini, Depo BBM Plumpang menyalurkan produk dengan varian yang lengkap yaitu Premium, Bio Solar, Dex, Dexlite, Pertamax, Pertalite, hingga Pertamax Turbo.
 

Sejumlah pengungsi korban kebakaran Depo BBM Pertamina Plumpang ditampung di salah satu tenda pengungsian di Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023). ANTARA/HO-Pemprov DKI Jakarta
 

Adopsi teknologi

Terlepas dari insiden kebakaran yang terjadi, operasional untuk pasokan BBM di depo ini bukan kaleng-kaleng.

Ia mengadopsi teknologi baru melalui terminal automation system (TAS) yang biasa disebut new gantry system ke kompartemen mobil tangki.

Pertamina menyebutkan operasional di depo BBM itu dinilai lebih aman karena memiliki sistem interlock pada proses pengisian BBM untuk mencegah terjadinya tumpahan minyak akibat kegagalan saat pengisian.

Selain itu, mencegah terjadinya kebakaran serta kesalahan dalam proses pengisian BBM, kemudian meniadakan operator pengisian, dan menghilangkan kesalahan pencatatan akibat kesalahan manusia/operator.

Depo itu juga memiliki sistem perpipaan overhead sehingga memudahkan dalam pemeliharaan dan modifikasi.

Pertamina juga menyebutkan depo itu memiliki sistem pengawasan dan kontrol untuk menghindari adanya kegagalan operasi dengan menjamin sistem dapat bekerja 24 jam.

Keunggulan tersebut ditambah dengan implementasi Operasi dan Layanan Prima Pertamina (POSE) yang dilakukan secara konsisten serta program peningkatan berkelanjutan, menjadikan operasi Terminal BBM Plumpang dinilai efisien.

Selain itu, pengadopsian teknologi baru pada new gantry system sejak tahun 2010 itu memiliki keunggulan, misalnya, waktu pengisian BBM yang lebih cepat, yakni rata-rata aliran minyak saat pengisian BBM dari 800 hingga 1.000 liter per menit menjadi 2.200 liter per menit sehingga jumlah alat ukur laju aliran minyak atau flowmeter yang dioperasikan berkurang dari 74 unit menjadi 39 unit atau turun 48 persen.

Depo itu juga memiliki bangsal pengisian yang tertata dan multiproduk sehingga dapat melayani pengisian mobil tangki untuk beberapa jenis produk secara bersamaan dan hasil produk menjadi lebih homogen dan terjamin kualitasnya.

Dengan penerapan teknologi itu Depo BBM Plumpang mendapat pengakuan dunia dengan meraih predikat kedua setelah Saudi Aramco Terminals pada 2018 oleh Global Tank Storage Award untuk kategori efisiensi penyimpanan.

Global Tank Storage Awards adalah ajang prestisius di industri Unit Penyimpanan yang diadakan oleh majalah Tank Storage yang bermarkas di Rotterdam, Belanda.

 

Opsi relokasi

Saat ini, pemerintah sedang memikirkan kelanjutan dan keamanan obyek vital tersebut mengingat peristiwa kebakaran di depo legendaris itu sudah terjadi kedua kali setelah sebelumnya terjadi pada 2009.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir mengungkapkan objek vital nasional itu rencananya akan direlokasi ke lahan milik Pelindo.

Lahan milik Pelindo itu baru siap dibangun pada 2024 dan pembangunan depo baru itu membutuhkan waktu sekitar 2--2,5 tahun sehingga masih ada waktu sekitar 3,5 tahun hingga depo baru berdiri.

Pemerintah juga membangun buffer zone atau wilayah aman dengan jarak sekitar 50 meter dari pagar depo dari permukiman warga di Plumpang agar terhindar dari potensi bahaya berikutnya.

Pembangunan wilayah aman itu tak hanya di Plumpang, tapi juga di depo lainnya di Tanah Air, di antaranya Balongan dan Semarang.

“Karena itu, kami memastikan dan menginginkan dukungan pemerintah daerah dan masyarakat karena ini bagian perlindungan masyarakat,” kata Erick.

Yang terpenting saat ini, keselamatan warga dan keamanan objek vital nasional itu merupakan indikator yang perlu terus dijaga, agar denyut nadi sosial ekonomi tak terhenti.

















 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023