Beijing (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Senin sore, membalikkan kerugian awal karena pemulihan permintaan China dan dolar yang lebih lemah memberikan dukungan ke pasar yang diguncang oleh prospek kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut.

Setelah tergelincir pada awal perdagangan, minyak mentah berjangka Brent bangkit 25 sen atau 0,30 persen, menjadi diperdagangkan di 83,03 dolar AS per barel pada pukul 07.00 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 23 sen atau 0,30 persen menjadi 76,91 dolar AS per barel.

Sentimen pasar rapuh karena kekhawatiran tentang pengetatan moneter lebih lanjut oleh Fed telah diperburuk oleh persediaan minyak mentah yang tinggi di AS, analis dari ANZ Bank mengatakan dalam sebuah catatan pada Senin pagi.

"Ini seperti pertempuran data aktivitas yang melonjak di Timur bertemu dengan malaise makro di Barat," kata Stephen Innes, mitra pengelola SPI Asset Management, mengomentari pendorong sentimen yang bersaing di pasar minyak mentah, dikutip dari Reuters.

"Dari sudut pandang pedagang minyak, dolar AS akan mundur karena para pedagang menyerah pada percepatan kembali kenaikan Fed; ini, pada gilirannya, membuka jalan bagi fundamental China yang lebih kuat untuk mendominasi perdagangan komoditas," tambah Innes.

Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, memberikan dukungan untuk harga minyak.

Kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank yang berbasis di New York dan kekhawatiran tentang kemungkinan penularannya menyebabkan aksi jual aset-aset AS pada akhir pekan lalu, yang juga menekan dolar.

Komentar pada Minggu (12/3/2023) dari CEO Saudi Aramco Amin Nasser tentang permintaan minyak mentah dari China juga memberikan beberapa dukungan.

"Jika Anda mempertimbangkan China membuka dan mengambil bahan bakar jet dan kapasitas cadangan yang sangat terbatas, kita berbicara tentang 2 juta barel, jadi seperti yang saya katakan kami sangat optimis dalam jangka pendek hingga menengah dan pasar akan tetap seimbang," dia mengatakan.

Komentar tersebut muncul setelah pengumuman bahwa Riyadh dan Teheran telah setuju untuk memulihkan hubungan diplomatik dalam kesepakatan yang ditengahi China, berpotensi membuka jalan bagi kebangkitan kembali kesepakatan nuklir yang akan memungkinkan ekspor minyak mentah Iran yang saat ini disetujui.

Fluktuasi awal minyak minggu ini mengikuti momentum positif pada Jumat (10/3/2023), ketika data ketenagakerjaan AS secara mengejutkan naik. Data untuk Februari mengalahkan ekspektasi, dengan angka penggajian non-pertanian naik sebesar 311.000, dibandingkan dengan ekspektasi penambahan 205.000 pekerjaan, menurut survei Reuters.

Dari perspektif pasokan jangka menengah hingga jangka panjang, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan pada Jumat (10/3/2023) bahwa perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama empat minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020.

Baca juga: Minyak jatuh di Asia, kekhawatiran suku bunga naik guncang investor
Baca juga: Minyak menguat setelah data pekerjaan AS lebih baik dari perkiraan
Baca juga: Minyak menuju minggu terburuk sejak Februari, khawatir perlambatan AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023