Jakarta (ANTARA News) - Perbaikan pipa gas bawah laut milik BP West Java yang sebelumnya diperkirakan hanya dua minggu ternyata membutuhkan waktu selama enam minggu sejak mengalami kebocoran pada Jumat (19/5). Wakil Direktur Eksekutif BP West Java Ltd Marjolijn Wajong di Jakarta Rabu mengatakan, pada perkiraan awal perbaikan hanya dua minggu, namun setelah dilakukan inspeksi ternyata membutuhkan waktu selama 3-6 minggu. "Kita masih terus lakukan inspeksi dan konsentrasi BP adalah ingin agar perbaikan berlangsung cepat tapi aman," katanya dalam jumpa pers yang juga dihadiri Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Wakil Kepala BP Migas Trijana Kartoatmodjo, Dirut PT Pertamina (Persero) Ari H Sumarno, dan Pelaksana Tugas Dirut PT PLN (Persero) Djuanda Nugraha Ibrahim. Menurut Marjolijn, hingga saat ini, pihaknya belum mengetahui nilai kerugiannya. Pelaksana Tugas Dirut PLN Djuanda Nugraha Ibrahim mengatakan, mundurnya waktu perbaikan pipa membuat PLN harus menyediakan dana hingga Rp340 miliar guna memasok kebutuhan BBM bagi PLTGU Priok dan PLTGU Muara Karang selama enam minggu. "Setiap hari kita harus memasok 1.600 kiloliter BBM ke dua pembangkit itu." katanya. Menurut dia, pasokan listrik pada Rabu malam ini relatif aman karena terdapat cadangan 420 MW menyusul beroperasinya PLTU Paiton Unit 2 dan Unit 5. Selain juga, mulai beroperasinya kembali PLTGU Grati setelah masuknya 20 ribu kiloliter BBM. "Mulai besok hingga Minggu (28/5) juga aman karena memasuki hari libur, sehingga beban rendah. Diperkirakan ada kelebihan 1.000 MW," katanya. Pada Senin (29/5) dan seterusnya, pasokan listrik akan bertambah dari PLTU Cilacap 2x300 MW dan PLTGU Cilegon 740 MW. "Masuknya Cilacap dan Cilegon, meski hanya sebagian, membuat sistem Jawa Bali aman. Cadangan bisa lebih dari 600 MW," kata Djuanda. Selanjutnya, mulai 2 Juni 2006, PLTU Tanjung Jati B 2x660 juga secara bertahap akan memasuki sistem. Direktur Utama Pertamina Ari H Sumarno mengatakan, akibat tambahan permintaan BBM dalam enam minggu, maka Pertamina juga akan menambah impor solar sebanyak satu kargo atau setara dengan 600.000 barel pada Juni 2006. "Sebelumnya, kita akan impor tiga kargo, tapi karena tambahan BBM dari PLN, kita tambah satu kargo lagi," ujarnya. Ari menambahkan, Pertamina sanggup menyediakan BBM sesuai permintaan PLN. Namun, ia mengingatkan, permintaan tambahan BBM tidak bisa dilakukan secara cepat, karena paling tidak membutuhkan waktu selama 5-6 hari. Menurut Ari, pada Rabu malam ini, selain PLTGU Grati, juga masuk sebanyak 16 ribu kiloliter ke PLTGU Priok. Sementara, Purnomo mengatakan, gangguan pembangkit yang terjadi memerlukan partisipasi masyarakat agar menghemat pemakaian listrik. "Kalau masyarakat bisa boros listrik, maka selain membantu pengurangan beban daya, juga mengurangi pembayaran listriknya," katanya. Purnomo menambahkan, dalam jangka menengah, pemerintah akan mempercepat proses pembangunan pembangkit berbahan bakar batubara.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006