Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut 96.803 akseptor terlayani selama empat hari pelayanan program KB serentak yang digelar dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret lalu.

“Berdasarkan rekapitulasi dari Kedeputian Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN, mulai dari hari Rabu (8/3) hingga Sabtu (11/3) itu, tercatat BKKBN melayani 96.803 akseptor KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP),” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Rabu.

Hasto menuturkan bahwa digelarnya pelayanan KB secara serentak itu merupakan sebuah upaya untuk mempercepat penurunan angka prevalensi stunting dalam periode jangka waktu menengah.

Selama empat hari dilaksanakan, jenis KB MKJP yang dilayani oleh BKKBN berupa Metode Operatif Wanita (MOW), Metode Operatif Pria (MOP), Intra Uterine Device (IUD) dan implan atau susuk.

Dengan rincian jumlah akseptor KB terbanyak yang mengikuti pelayanan tersebut adalah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 13.819 akseptor. Disusul oleh Provinsi Banten yang melayani 13.410 akseptor, Provinsi Jawa Timur 8.619 oran, Jawa Tengah 5.761 akseptor dan Provinsi Sumatera Selatan 5.254 akseptor.

Baca juga: BKKBN tingkatkan validitas data keluarga lewat rekonsiliasi KB

Baca juga: BKKBN gelar Rakornis 2023 optimalkan peran mitra turunkan stunting


Sementara itu dari sisi pemakaian KB MKJP,  jenis KB yang paling banyak digunakan adalah implan atau susuk dengan jumlah pelayanan 76.368 akseptor, kemudian IUD 16.937 orang dan MOW 2.778 akseptor.

Hasto membeberkan terdapat pula partisipasi pria pada Hari Perempuan Internasional pada tahun 2023. Diketahui sebanyak 229 orang akseptor KB pria terbanyak berasal dari Jawa Barat 46 akseptor, kemudian Sulawesi Selatan 38 akseptor dan Sumatera Selatan 27 akseptor.

Deputi bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina menambahkan sasaran pelayanan KB serentak meliputi KB ulangan, KB ganti cara, KB pasca persalinan, dan KB baru.

“Pelayanan KB serentak ini juga untuk mengejar indikator pencapaian pelayanan Modern Contraceptive Prevalence Rate (m-CPR),” katanya.

Melalui capaian tersebut Eni mengatakan pelayanan KB sangat berkaitan erat dengan pencegahan stunting pada anak. Sebab, jarak kehamilan yang terlalu sering dan dekat merupakan salah satu faktor anak terkena stunting.

Guna meminimalkan risiko stunting, ia memastikan BKKBN akan terus memberikan pelayanan KB agar keluarga bisa mengatur jarak kelahiran yang sehat.

“Mereka yang mengatur jarak antara hamil atau melahirkan lebih dari tiga tahun, terbukti anak yang dilahirkan tidak stunting. Berbeda halnya dengan yang jaraknya kurang dari dua tahun, hampir dua kali lipat kejadian stuntingnya,” ucapnya.

Baca juga: Kepala BKKBN: Program KB dengan spiral aman digunakan

Baca juga: BKKBN gelar KB serentak pertahankan penduduk tumbuh seimbang

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023