Simalungun, Sumut (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) telah memberi manfaat tersendiri bagi demografi Indonesia terutama penurunan yang signifikan pada tingkat fertilitas nasional secara luas.

“Tingkat pertumbuhan populasi yang baik bisa mendorong produk domestik bruto per kapita menjadi lebih tinggi, menjadi tabungan (bagi negara) yang lebih tinggi, dan investasi yang lebih tinggi sehingga membawa peningkatan standar hidup masyarakat,” kata Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Muhammad Rizal M. Damanik, Kamis.

Pada Ambassador Goes to Kampung Keluarga Berkualitas (KB) Lake Toba di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Damanik menuturkan pembangunan keluarga yang sejahtera didasarkan oleh Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955, di mana Indonesia mulai berusaha memperkuat kerja sama dengan multipihak yang saling menguntungkan hingga akhirnya membentuk model kerja sama South to South yang terus berkembang.

Kerja sama South-South (SSC) merupakan bentuk kerja sama pembangunan di antara negara-negara berkembang yang berlandaskan pada kesetaraan, solidaritas, dan prinsip saling menguntungkan. Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia telah lama menyalurkan hibah dan kontribusi kerja sama itu melalui kementerian dan lembaga, termasuk BKKBN.

Baca juga: Bangga Kencana investasi jangka panjang bangun ekonomi berkelanjutan

Baca juga: Delegasi kedubes diajak BKKBN kunjungi kampung KB di Simalungun


Dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia bahagia dan sejahtera, BKKBN akhirnya melahirkan Program Bangga Kencana (Pembinaan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana) yang diimplementasikan melalui pengembangan program dan berbagi pengetahuan dengan negara lain, sehingga membuat Indonesia diakui dunia dalam mengatasi masalah kependudukan.

“Kisah sukses ini telah menarik kunjungan praktisi luar negeri dari berbagai negara. Sejak tahun 1980-an Indonesia, melalui BKKBN, telah membagikan kasus unik dan praktik terbaiknya tentang keluarga berencana, Kesehatan Reproduksi, dan program kependudukan,” katanya.

Praktik baik seperti KB itu telah disosialisasikan kepada lebih dari 5.000 praktisi dari 100 negara dari Asia Pasifik, Afrika, Timur Tengah, negara maju, dan perwakilan badan-badan internasional dalam kerangka kerja sama selatan-selatan dan segitiga (SSTC).

BKKBN saat ini sedang mengembangkan Center of Excellence dengan delapan pelatihan tematik di sembilan provinsi terpilih. Seperti yaitu supply chain management, Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB), kesehatan reproduksi remaja, peran tokoh agama islam dalam KB, mikro pengelolaan data misalnya survei keluarga.

Kemudian program KB pasca persalinan, pelayanan KB komprehensif dan pelayanan KB serta pelayanan kesehatan pada krisis kesehatan dua bencana.

Menurut Damanik, BKKBN juga sedang menjalankan amanat Presiden RI Joko Widodo untuk membentuk Kampung KB dan mempercepat penurunan angka prevalensi stunting.

Oleh karenanya, melalui semua praktik baik yang sedang dijalankan dalam membangun penduduk berkualitas, Damanik berharap agar komitmen seluruh pemangku kepentingan, program pembinaan, pemantauan, dan evaluasi terus dilakukan untuk perbaikan bersama.

“Dukungan peran multisektor sangat penting untuk mencapai percepatan penurunan stunting. Keterlibatan semua pihak, baik di tingkat internasional, pusat dan daerah, lembaga sosial, akademi, organisasi profesi, media massa, dan swasta memiliki peran penting,” katanya.*

Baca juga: BKKBN: Keberhasilan menyusui dipengaruhi konsumsi cairan ketika hamil

Baca juga: BKKBN resmikan klinik fertilitas pertama di RSUD Biak Numfor Papua


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023