Jakarta, 23/11 (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara serius dan konsisten untuk mengakselerasi pembangunan industrialisasi di sektor perikanan budidaya dengan menggenjot produktivitas perikanan budidaya (akuakultur). Sebagai upaya awal untuk lebih memotivasi masyarakat pembudidaya dalam mengoptimalkan kembali lahan tambak di pantura Jawa, KKP tengah membuat model percontohan berupa demfarm seluas 1.000 Ha. Demfarm tersebut akan menerapkan teknologi yang sesuai dengan persyaratan tumbuh kembang udang sehingga dapat lebih memberi kepastian untuk keberhasilan budidaya udang secara nasional. Demikian dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo dalam pertemuan tahunan International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2012 di Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Jumat (23/11).

     Sharif menyampaikan harapannya agar, model demfarm ini dapat berhasil dengan baik. Pasalnya KKP telah menerapkan teknologi yang sesuai sehingga dapat merubah wajah dan kondisi usaha budidaya udang dari yang high risk menjadi measurable risk.  Selain itu, langkah lainnya untuk menggenjot perikanan budidaya antara lain dengan sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan guna menghasilkan produk yang menganut jaminan mutu. Selain itu, KKP terus mempercepat pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana budidaya, pengembangan kerja sama dan kemitraan dengan perbankan maupun lembaga pembiayaan lain. Hasilnya, KKP telah melakukan penandatanganan kerjasama dengan Kementrian Pekerjaan Umum ( PU ), Badan Pertanahan Nasional ( BPN ), Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Perbankan untuk mendukung keberhasilan kegiatan industrialisasi perikanan budidaya terutama untuk industrialisasi udang. Akselerasi industrialisaasi perikanan budidaya tersebut menyasar pada komoditas unggulan yakni, udang, rumput laut, bandeng dan patin. Komoditas unggulan tersebut  memiliki potensi pengembangan yang besar, potensi pasar, serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Meningkatnya produktivitas perikanan budidaya dapat memenuhi permintaan masyarakat akan ikan yang terus meningkat.

     Sektor perikanan budidaya merupakan salah satu penyumbang pangan di dunia. Hal itu ditandai dengan tumbuhnya laju produksi sekitar 11 persen per tahun. Sedangkan di Indonesia, industrialisasi perikanan budidaya merupakan sektor yang terbesar dan paling cepat pertumbuhannya. Perikanan budidaya dinilai dapat menjadi jawaban dalam meningkatnya permintaan masyarakat akan ikan yang semakin tinggi,sementara perikanan tangkap produksinya cenderung stagnan. Tercatat, produksi perikanan budidaya sendiri menunjukkan grafik positif berupa kenaikan signifikan, dari produksi sebesar 4,78 juta ton pada 2010 meningkat menjadi sebesar 7.928.962 ton pada 2011. Dengan demikian dapat dikatakan sektor perikanan telah menunjukan trend yang menggembirakan serta mampu melampaui target capaian sebesar 16 persen dari target yang telah ditetapkan pada 2011 sebesar 6.847.500 ton. Sementara pada 2012, KKP menargetkan produksi perikanan budidaya akan mencapai 9.42 juta ton atau dapat dikatakan meningkat 35 persen jika dibandingkan dengan produksi tahun 2011.

     Selain itu, pada 2014 KKP menargetkan sektor kelautan dan perikanan, khususnya di sektor perikanan diharapkan akan berkontribusi nyata dalam PDB dengan menyumbang Rp. 65,84 triliun atau mengalami peningkatan sekitar 6,75 persen dari PDB perikanan pada tahun 2010 yang besarnya Rp. 50,70 triliiun. Pasalnya, sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi barometer utama penggerak pembangunan nasional, sehingga keberhasilan industrialisasi kelautan dan perikanan harus dibangun berdasarkan asas keterpaduan dan asas keberlanjutan.

     Kebijakan industrialisasi perikanan budidaya merupakan langkah transformatif dan terobosan bukan merupakan upaya terpisah dari kebijakan lain atau kebijakan sebelumnya, tetapi merupakan upaya terintegrasi yang saling memperkuat dalam rangka percepatan pencapaian kesejahteraan pembudidaya ikan. Seiring dengan itu, KKP akan melakukan pemantapan dan pemberlakuan sistem jaminan mutu di unit pembenihan ikan baik dari skala besar, kecil maupun pendederan. KKP secara berkesinambungan akan terus mengembangkan sarana dan prasarana perbenihan baik di Balai Benih Ikan (BBI), Balai Benih Udang (BBU) lokal dan Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) maupun tempat pembenihan (hatchery) skala rumah tangga. Di sisi lain, Sharif mengingatkan dibutuhkan sebuah manajemen budidaya yang berkelanjutan yang didukung dengan pembangunan infrastruktur, investasi, ramah lingkungan, teknologi, produksi dan sumber daya manusia.

     Di samping itu, KKP telah menerapkan National Residue Control Plan ( NRCP ) secara ketat dan konsisten setiap tahunnya. Alhasil, Komisi Uni Eropa melalui sidang Komisinya telah mencabut CD 220. Dengan dicabutnya sanksi CD 220 tersebut terhadap pemerintah Indonesia, maka KKP dapat mendorong ekspor udang budidaya dan produk budidaya lainnya ke Uni Eropa secara signifikan. Pencabutan larangan ini secara resmi dikeluarkan pada 6 November 2012 melalui Commission Decision No. 2012/690/EU (CD 690/2012). KKP sendiri secara berkesinambungan akan terus mengembangkan sarana dan prasarana perbenihan baik di BBI, BBU lokal, UPR maupun Hatchery Skala Rumah Tangga.

     Konferensi Internasional Akuakultur Indonesia 2012 ( ICAI 2012 ) merupakan sebuah forum yang mempertemukan para ahli terkemuka akuakultur dari seluruh dunia ( terutama Asia Pasifik ) untuk bertukar pikiran dan pandangan serta visi pada praktek dan tren perikanan budidaya di tingkat nasional maupun internasional. Pemikiran dan harapan para ahli diharapkan dapat menjadi dasar dari rencana untuk mengefektifkan industri akuakultur Indonesia agar terus berkembang. ICAI 2012 akan menjadi forum diskusi yang efektif tidak hanya untuk pengembangan industri akuakultur di Indonesia tetapi juga secara umum untuk industri akuakultur di Asia Pasifik. Kegiatan ini akan fokus pada tiga isu utama yakni, keberlanjutan dan sertifikasi, inovasi di dalam teknologi perikanan budidaya dan manajemen pakan dan pengembangan. Indonesia dengan 240 juta orang merupakan pasar potensial ketiga terbesar di Asia setelah China dan India untuk industri perikanan budidaya (bahan pakan, aquafeed, peralatan, produk, teknologi, jasa)

     Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0818159705)


Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2012