Jakarta (ANTARA) - Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas pada orang dewasa seringkali dapat dimulai pada masa kanak-kanak dan tidak terdiagnosis.

Di Amerika Serikat, sekitar 4 persen orang dewasa atau 8 juta orang didiagnosis ADHD setiap tahun. 

"Ada kepercayaan umum bahwa ADHD hanya berdampak pada anak-anak, tetapi penelitian lanjutan telah membuktikan sebaliknya. Sebagian besar orang dewasa mengalami ADHD yang tidak terdiagnosis dalam beberapa tahun terakhir," ujar praktisi perawat kesehatan mental di perusahaan kesehatan digital Done Sussan Nwogwugwu, disiarkan laman MedicalDaily, Rabu (15/3).

Meskipun ADHD awalnya muncul dengan gejala yang tidak terlihat, ia bisa berubah menjadi kelumpuhan seiring waktu. Kelumpuhan ADHD didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika energi yang begitu besar menyebabkan otak “mati” atau sulit berfungsi dengan baik, diiringi rasa takut yang begitu besar pada orang yang mengalaminya. Pada permulaan kelumpuhan ADHD, orang cenderung menunjukkan tanda-tanda seperti menghindari, menunda, dan mengabaikan.

Pakar kesehatan mental telah lama menggarisbawahi pentingnya mengenali gejala ADHD, berikut beberapa gejala ADHD yang sebaiknya diwaspadai.

Kecenderungan kehilangan barang secara teratur
Seseorang dengan ADHD cenderung mengalami kehilangan barang secara teratur dan sering lupa akan informasi-informasi penting.

“Seseorang dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan yang konsisten dalam mengingat detail penting, seperti di mana kunci mereka berada, sementara orang neurotipikal hanya sering lupa di mana mereka menaruh kunci," kata konsultan ADHD di Ontario, Kanada, Krista Carvin.

Baca juga: Manfaat salmon, tingkatkan kesehatan jantung hingga cegah ADHD

Fokus berlebihan
Hyper-focus atau fokus berlebihan adalah sifat yang lebih umum pada orang dengan ADHD. Ketika seseorang tampak sepenuhnya mengabaikan tugas yang lain hanya demi satu pekerjaan yang sedang dia lakukan, itu adalah tanda bahaya yang jelas.

“Gejala umum dari hiperaktif adalah mudah teralihkan pada satu kasus atau terlalu fokus kasus lainnya. Karena hal itu, seseorang bisa sangat terlibat pada satu hal sementara mengabaikan hal lain, meskipun sama pentingnya," kata Catherine Del Toro dari kelompok pendukung kesehatan mental berbasis di AS Grow Therapy.

Meninggalkan tugas setengah jalan
Sering lupa dalam tahap parah adalah ciri khas pengidap ADHD. Seseorang dengan ADHD tingkat lanjut mungkin mulai kehilangan minat pada tugas-tugas rutin, atau meninggalkan tugas setengah jadi dan beralih ke tugas berikutnya tanpa terlalu memikirkannya.

“Seseorang ADHD mungkin mulai mencuci piring, kemudian ketika melihat ada yang tumpah di lantai, dia akan beralih membersihkan lantai. Kemudian, saat menyapu, ia melihat ada bekas jari di kaca, ia malah beralih membersihkan kaca, ” ujar Del Toro.

Baca juga: Dokter sebut hiperaktif bisa diturunkan dari orangtua

Fluktuasi energi
Seseorang dengan ADHD mungkin merasa sangat bersemangat untuk melakukan suatu tugas pada suatu hari, namun, sekali tidak tertarik dan menarik diri dari tugas tersebut pada hari berikutnya.

Carvin mencontohkan pada suatu hari, seseorang merasa baik-baik saja belanja ke toko sayur. Tapi, esok hari, ketika terlalu banyak mendapatkan stimulasi, aroma atau visual toko sayur begitu mengganggu sehingga merasa tidak sanggup berbelanja.

Gangguan pada kehidupan asmara
Mereka dengan ADHD akan sulit untuk membantu pasangannya pada suatu tugas atau bahkan sulit menghujani mereka dengan perhatian. Hal ini tentu akan menyebabkan konflik dan perasaan terluka.

Carvin menjelaskan seseorang dengan ADHD bersifat sensitif terhadap penolakan.

"Jika dihadapkan pada umpan balik yang begitu keras dari pasangan, mereka mungkin akan merespons dalam cara yang tidak seimbang dengan situasi yang dihadapi," kata Carvin.

Carvin mengimbau bahwa penting bagi seseorang untuk memeriksakan diri kepada ahli untuk mengetahui kondisi yang dialami supaya bisa mendapatkan perawatan yang sesuai.

Baca juga: Psikolog: Anak Hiperaktif Tak Berarti Bodoh

Baca juga: Dokter: Konsumsi gula berlebih tidak membuat anak hiperaktif


Penerjemah: Pamela Sakina
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023