Semarang (ANTARA News) - Traffic telepon ke Yogyakarta penuh pasca gempa 5,9 scala richter (SR) yang terjadi Sabtu (27/5) pukul 05.53 WIB, sehingga kalangan masyarakat kesulitan menelepon keluarganya di Yogyakarta. "Jaringan telepon di Yogyakarta tidak rusak, namun hanya traffic-nya penuh, sehingga wajar masyarakat kesulitan menelepon ke Yogyakarta," kata Manajer Komunikasi dan Pemasaran PT Telkom Divre IV Jateng/DIY, Sujatmiko yang masih berada di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara ketika dihubungi melalui telepon, Sabtu. Menurut dia, pasca gempa yang terjadi di Yogyakarta banyak masyarakat dari daerah lain menelepon untuk mengetahui kondisi keluarganya, sehingga jaringan telepon menjadi sibuk, menyebabkan masyarakat sulit menelepon ke Yogyakarta. Ia mengibaratkan, traffic telepon ke Yogyakarta normalnya dilalui 10 penelepon, namun pasca gempa dilalui 20 penelepon, sehingga wajar separuhnya tidak bisa mengontak keluarganya melalui telepon ke Yogyakarta. Menyinggung kapan traffic telepon ke Yogyakarta akan normal kembali, ia mengatakan tidak bisa menentukan waktunya, karena tergantung frekuensi penurunan kalangan masyarakat yang menelepon ke Yogyakarta. "Jika penelepon dari daerah lain ke Yogyakarta turun, otomatis traffic telepon ke Yogyakarta akan normal kembali. Kita berharap traffic telepon ke Yogyakarta akan cepat normal," katanya. Sementara kalangan masyarakat di Kota Semarang hingga pukul 10.15 WIB masih kesulitan menelepon keluarganya yang berada di Yogyakarta. "Saya nggak bisa menelepon keluarga di Yogyakarta, padahal saya ingin sekali mengetahui kondisi mereka pascagempa," kata H. Agus Timbang (45) seorang pengacara yang tinggal di Pedurungan Semarang. Ia mengatakan, pasca gempa yang terjadi pukul 05.53 WIB langsung menelepon ke Yoyakarta untuk mengetahui kondisi keluarganya yang tinggal di daerah Bantul, namun hingga kini belum berhasil mengontak mereka. "Saya khawatir terjadi sesuatu terhadap mereka, karena hanya teleponlah satu-satunya alat komunikasi yang digunakan untuk mengetahui kondisi mereka di Yogyakarta pascagempa," katanya. Dia mengaku sudah beralih menggunakan telepon genggam (HP) untuk mengontak keluarganya di Yogyakarta, namun juga tidak bisa kontak. "Saya juga sudah berusaha beralih menggunakan HP untuk mengontak keluarga di Yogyakarta, namun hingga kini tak bisa kontak," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006