Jakarta (ANTARA) - Pendiri dan CEO Back2our Mutia Rachmi, salah satu pelaku industri blockchain di Indonesia, menilai perempuan memerlukan pola pikir yang berkembang agar dapat berkarier secara serius atau berkarya dalam dunia web3.

Mutia Rachmi dalam pernyataan di Jakarta, Minggu, mengatakan perempuan juga harus mengubah stigma tidak cocok dalam industri teknologi informasi agar dapat menjadi bagian dari dunia web3.

"Kalau kita bisa mengubah barrier (hambatan), mungkin akan lebih mudah untuk menjadi bagian dari industri ini," kata Mutia.

Saat ini teknologi blockchain yang mencakup aset kripto, NFT, metaverse dan DeFi telah menciptakan peluang kerja, menghilangkan hambatan terhadap kemandirian finansial dan sarana lain bagi orang-orang dengan latar belakang berbeda, termasuk kepada perempuan.

Dia pun menyakini melalui potensi teknologi serta dukungan pemerintah maupun swasta, perkembangan teknologi kripto maupun blockchain secara keseluruhan akan terus tumbuh secara signifikan.

"Perempuan sudah berkontribusi di blockchain dan lebih spesifik lagi kripto. Masyarakat awam yang paham terkait kripto dan blockchain juga menyakini trennya semakin positif," katanya.

Baca juga: Binance komitmen beri pendanaan edukasi Web3 bagi para wanita

Manajer Proyek TI Tokocrypto Juliana Soetjahja menambahkan lingkungan kerja yang baik dan suportif menjadi salah satu alasan perempuan bisa menyelami dan mempercepat adaptasi dalam mendalami dunia web3.

"Kerja tim dan lingkungan tim yang sangat mendukung. Teman-teman di tim produk dan teknologi terutama sangat membantu dan membimbing saya untuk selalu terus berkembang," kata Juliana.

Meski sudah berpartisipasi dalam dunia web3, perempuan terkadang masih menghadapi tantangan seperti kurangnya keragaman dalam industri hingga bias gender untuk berkembang dalam dunia yang terdesentralisasi.

Riset Boston Consulting Group (BCG) dan People of Crypto Lab terkait keragaman gender para pendiri dan investor web3 juga menyatakan hanya 13 persen startup web3 menyertakan pendiri perempuan dan hanya 3 persen perusahaan memiliki tim khusus perempuan.

Perusahaan yang telah mengumpulkan lebih dari 100 juta dolar AS, bahkan tidak mempunyai tim pendiri yang semuanya perempuan. Sedangkan pangsa perempuan sekitar 27 persen di perusahaan web3, rata-rata hanya mencakup peran nonteknis, seperti sumber daya manusia dan pemasaran.

Baca juga: Binance Charity beri 30.665 beasiswa untuk belajar Web3 pada 2023

Baca juga: Tantangan "founder" wanita untuk bangun "startup" teknologi

Baca juga: Kominfo dorong edukasi dan gali potensi industri gim bagi perempuan



Pewarta: Satyagraha
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023