Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan teknologi proses oksidasi lanjutan elektrokimia atau electrochemical advanced oxidation process untuk mengurangi polusi warna yang terkandung dalam air industri batik cetak.

Implementasi teknologi itu dilakukan pada IKM Batik Cici yang berdomisili di Kelurahan Laban, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
 
"Pilihan teknologi yang efektif dan efisien menjadi salah satu problem yang dihadapi mereka selain kemampuan penyediaan, ongkos operasi dan kesadaran yang masih kurang," kata Periset dari Pusat Riset Lingkungan dan Produksi Bersih BRIN, Aris, dalam keterangan di Jakarta, Senin.
 
Aris mengatakan industri kecil menengah atau IKM cetak menghasilkan produk bermanfaat bagi masyarakat mulai dari menggerakkan roda ekonomi, menyerap tenaga kerja, dan menghasilkan produk kain untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat.
 
Industri batik cetak banyak berlokasi di wilayah Solo Raya, seperti Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar, dan Sragen.
 
Baca juga: BRIN temukan limbah minyak pada mangrove yang mati di Teluk Ambon

Baca juga: BRIN dan beberapa negara kolaborasi proyek biorefinery limbah tebu
Selain memberikan manfaat, namun usaha batik cetak juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan berupa pencemaran perairan. Sumber pencemaran yang berasal dari bahan kimia digunakan untuk proses pewarnaan kain, pengancingan, dan pencucian peralatan.
 
Jenis polutan yang dominan ditimbulkan berupa zat pewarna yang terlisis dari kain selama proses perendaman kain cetak.
 
Polutan warna yang terlepas ke bahan air bisa menyebabkan gangguan biota air dan kesehatan manusia jika terpapar secara langsung maupun tidak langsung, seperti melalui rantai makanan dan lain-lain.
 
Aris menerangkan implementasi teknologi pengurangan limbah itu dilakukan selama tiga bulan untuk aktivitas dengan tahapan observasi lokasi, lay out penempatan reaktor, instalasi reaktor, uji coba dan evaluasi kinerja.
 
"IKM batik cetak hampir tidak ada yang memiliki unit pengolahan air limbah, sehingga potensi pencemaran zat warna terhadap lingkungan relatif besar," ujarnya.
 
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa teknologi pengolahan air limbah tersebut dibangkitkan oleh energi listrik dengan jenis arus listrik searah.
 
Energi listrik yang diberikan digunakan oleh elektroda untuk merubah spesies larutan menjadi berbagai oksidator, seperti Cl2, HCIO, CIO-, H2O2, dan OHo.
 
Oksidator yang terbentuk kemudian bereaksi dengan polutan menjadi senyawa sederhana sehingga toksisitas polutan menjadi berkurang bahkan bisa hilang jika berubah menjadi senyawa H2O dan CO2.
 
"Dengan menggunakan teknologi electrochemical advanced oxidation process ini semoga bermanfaat bagi institusi, lembaga, industri dan masyarakat," pungkas Aris.

Baca juga: BRIN siapkan fasilitas disposal limbah radioaktif

Baca juga: Kemasan pangan berbasis minyak sawit reduksi efek limbah plastik

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023