Jakarta (ANTARA News) - Rencana Pemprov DKI Jakarta membangun enam ruas jalan tol dengan anggaran Rp23 triliun mendapat penolakan kalangan DPRD setempat, dengan menilai kebijakan tersebut bukan menyelesaikan kemacetan yang ada. "Kehadiran pembangunan ruas jalan tol malah menciptakan masyarakat menambah volume kendaraan baru dan membuat sistem transportasi di Jakarta tidak terkendali," kata anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Denny Talloga, di Jakarta, Minggu. Rencana pembangunan itu dinilai tidak berpihak pada kepentingan rakyat, karena besarnya pengeluaran anggaran yang akan diserap dalam mega proyek itu dan bisa saja hanya menguntungkan pejabat setempat. "Apalagi pembangunan jalan tol tanpa rencana itu akan membuat sistem transportasi Jakarta tidak terkendali," lanjut Talloga. Sampai saat ini Komisi D DPRD DKI belum menerima laporan resmi tentang perlu dibahasnya rencana pembangunan ruas jalan tol dengan "budget" senilai Rp23 triliun yang memiliki panjang ruas jalan 85,28 km tersebut. "Kajian pembangunan itu harus panjang dan bertahap, sehingga diperlukan banyak pertimbangan khusus untuk mengadakan mega proyek itu," lanjut anggota Fraksi Demokrat tersebut. Pandangan yang sama juga disampaikan warga, bahwa besarnya anggaran untuk pembangunan ruas tol di Jakarta perlu dipertimbangkan lagi, karena masih banyak pembangunan lain yang lebih penting ketimbang mega proyek jalan tol. "Bagaimana kalau dana itu sebaiknya dialokasikan pada pembangunan sekolah, pasar, rumah sakit dan infrastruktur penting lainnya," ujar Diana, karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Apalagi pembangunan enam ruas jalan tol tersebut, kata wanita lajang itu, direncanakan tidak akan masuk pusat kota yang nantinya tidak banyak manfaatnya bagi warga yang sibuk dengan kegiatan usaha masing-masing. Pembangunan enam ruas jalan tol dengan biaya senilai Rp23 triliun itu diprakarsai Pemprov DKI Jakarta, guna membuka sarana transportasi baru yang menghubungkan wilayah Kemayoran-Kampung Melayu, Rawa Buaya-Sunter, Kampung Melayu-Tanah Abang, Sunter-Pulogebang, Pasar Minggu-Casablanca, dan Ulujami-Tanah Abang. (*)

Copyright © ANTARA 2006