Yogyakarta (ANTARA News) - Kerusakan akibat gempa yang melanda Kraton Yogyakarta, hingga Minggu siang masih dibiarkan berserakan, karena menunggu perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono X yang sampai sekarang belum sempat melihat langsung kerusakan tersebut. Menurut salah seorang staf Kawedanan Hageng Punokawan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Wahono Sarto Kriyo Yoso Kanowo, Minggu, kerusakan paling parah adalah ambruknya Bangsal Traju Emas. ANTARA News yang sempat berkeliling di kompleks kraton setempat mendapati bangsal tersebut ambruk total, sementara beberapa benda pusaka yang berada persis di bawah atap Bangsal Traju Emas ringsek. Kata Wahono, bangsal ini dulu merupakan ruang untuk memberi nasehat kepada putri Sultan yang akan menikah. Namun, sejak tahun 1970-an bangsal tersebut digunakan untuk menyimpan benda pusaka koleksi kraton, serta menjadi salah satu obyek wisata kraton. Di dalam bangsal ini terdapat benda pusaka Kyai Tandu Lawuk yang dulu digunakan Sultan HB I yang memerintah pada periode tahun 1755-1792. Juga mengalami kerusakan, seperangkat gamelan bernama Kyai Kebo Ganggang, dan sebuah tandu yang biasa digunakan untuk menggotong atau membawa putri Sultan. Kerusakan lain yakni pecahnya pintu kaca Museum Sultan HB IX. Tetapi barang-barang yang tersimpan di etalase di ruang museum itu semuanya utuh (tidak mengalami kerusakan). Kemudian kaca Bangsal Pengapit di Pagelaran Kraton juga pecah, dan patung yang ada di bangsal ini tumbang. Juga regol atau gapura yang menghubungkan halaman Bangsal Kencono dan Bangsal Kesatriyan rusak parah, begitu pula pot-pot antik serta guci antik pecah. Tiruan naga penghias Gapura Magangan patah, dan juga bangunan Museum Kereta rusak. Menurut Wahono, beberapa tahun lalu pernah terjadi gempa yang cukup besar, namun tiruan naga tersebut tidak mengalami kerusakan seperti sekarang ini. "Yang menyebabkan kerusakan, mungkin karena gempanya agak lama," ujar dia. Ia menyebutkan pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI pada tahun 1867 terjadi gempa yang sampai mematahkan Tugu Yogyakarta, sedangkan bangunan kraton dan tamansari roboh. Akibat rusaknya sebagian bangunan Kraton Yogyakarta karena gempa, Pengageng Pariwisata kraton setempat GBPH Prabukusumo meliburkan kraton dari segala kegiatan sejak Sabtu hingga Senin (29/5). Sehingga otomatis kegiatan wisata pun libur, dan baru dibuka Selasa (30/5) nanti. Menurut Wahono, Sultan HB X belum sempat melihat kerusakan sebagian bangunan di kratonnya, karena masih sibuk dengan tugas lain yang terkait dengan bencana gempa yang melanda wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. "Reruntuhan bangunan masih dibiarkan berserakan, karena menunggu keputusan Sultan, mau diapakan," sambung dia. Disebutkannya, Kraton Yogyakarta pernah direnovasi besar-besaran pada masa pemerintahan Sultan HB VIII antara tahun 1921 hingga 1929. Sementara itu, sudah keluar instruksi dari Dirjen Purbakala yang ditujukan kepada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta untuk menginventarisir benda-benda purbakala di DIY yang rusak akibat gempa pada Sabtu lalu. Inventarisasi itu perlu, karena Candi Prambanan serta situs-situs lainnya juga mengalami kerusakan. Hasil inventarisir benda-benda purbakala tersebut akan dilaporkan ke pemerintah pusat di Jakarta. Kerusakan di kompleks Kraton Yogyakarta akibat gempa tersebut juga menimpa rumah kediaman Sultan HB X, dan rumah GBPH Prabukusumo juga rusak. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006