Kalau Jawa, meskipun kita tahu alih fungsi lahan sangat dominan, tetapi tekanan urbanisasi itu lebih banyak
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan tekanan urbanisasi penduduk membuat Pulau Jawa memiliki karakteristik berbeda pada bencana banjir dan longsor dibandingkan wilayah Indonesia lainnya.

"Kalau Jawa, meskipun kita tahu alih fungsi lahan sangat dominan, tetapi tekanan urbanisasi itu lebih banyak," ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam disaster briefing diikuti daring di Jakarta, Selasa.

Menurut Abdul, perkembangan dari pertumbuhan populasi akan meningkatkan tekanan pada lingkungan.

Apabila berbicara mengenai urban area dan daerah padat penduduk, secara otomatis masyarakat cenderung lebih banyak mengepung Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal ini berakibat mempersempit badan sungai, kemudian sampah, sedimentasi, dan lain-lainnya, akan mengurangi optimalisasi dari sungai dalam menampung air.

"Tapi misalkan di daerah Sumatera atau Kalimantan, lebih banyak kepada alih fungsi lahan secara masif baik. Apakah dari hutan ke kebun, dari hutan ke tambang, dari hutan ke yang lain ke perkebunan, yang kemudian secara otomatis akan mengurangi daya dukung dan daya tampung lingkungan, khususnya dalam satu DAS dalam menampung air," kata dia.

Sehingga faktor-faktor tersebut menyebabkan banjir di kawasan Kalimantan dan Sumatera pada umumnya, berbeda dengan Jawa.

"Jawa itu urbanisasi karakteristiknya, sedangkan Kalimantan dan Sumatera lebih banyak banyak pada alih fungsi lahan," ujar dia.

Baca juga: BNPB antisipasi dampak cuaca ekstrem di wilayah Jawa Barat
Baca juga: Drainase kota berpopulasi besar pantura Jawa tak cukup hadapi banjir



 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023