New York (ANTARA) - Setidaknya terdapat 238.500 anak yang menjadi yatim piatu akibat COVID-19 di Amerika Serikat (AS) dan mereka mengalami perubahan hidup dalam tiga tahun terakhir akibat kehilangan orang tua atau pengasuh utama, menurut Imperial College London COVID-19 Orphanhood Calculator.

Secara global, ada lebih dari delapan juta anak yang menjadi yatim piatu akibat COVID sejak Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi pada Maret 2020, lapor CNN pada Minggu (26/3) seperti dilansir Xinhua.

Menjadi yatim piatu meningkatkan kemungkinan menderita kemiskinan, pelecehan, keterlambatan perkembangan, tantangan kesehatan mental, dan berkurangnya akses ke pendidikan, demikian menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat.

California merupakan salah satu dari enam negara bagian AS yang menyumbang separuh dari kasus kematian pengasuh secara nasional. New York merupakan negara bagian lainnya dan menjadi negara bagian kedua yang memperkenalkan undang-undang yang akan mendanai beasiswa bagi anak-anak yang kehilangan orang tua atau pengasuh akibat COVID-19.

Setiap siswa yang memenuhi syarat berhak mendapatkan beasiswa yang mencakup biaya kuliah setara Universitas Negeri New York (State University of New York/SUNY), ditambah kamar dan makan, buku, serta persediaan, menurut laporan itu. 

Baca juga: Amerika Serikat cabut persyaratan tes COVID untuk wisatawan dari China

Baca juga: California resmi akhiri status darurat COVID-19

Baca juga: Warga AS penderita long COVID hadapi proses klaim asuransi lama

Penerjemah: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023