Kabupaten Bogor (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengungkapkan bahwa daerahnya kembali mengalami bencana alam berupa pergeseran tanah di Desa Wargajaya, Kecamatan Sukamakmur.

"Rembesan air bergerak dengan mudah dan membawa lapisan tanah di bawahnya yang didasari lapisan lempeng mengakibatkan pergeseran tanah kurang lebih satu kilometer dari titik nol," ungkap Staf Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Jalaludin di Cibinong, Bogor, Rabu.

Menurutnya, peristiwa pergeseran tanah yang mengakibatkan satu bangunan vila rusak berat itu terjadi pada Selasa (28/3) petang. Bencana tersebut juga merusak infrastruktur jalan alternatif yang menghubungkan Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur.

Jalal menyebutkan, BPBD telah melakukan beberapa upaya penanganan berupa koordinasi dengan aparatur setempat, melakukan kaji cepat dan analisa di lokasi bencana, serta memberikan edukasi kebencanaan dan imbauan kepada masyarakat sekitar.

"Material bangunan yang roboh saat ini belum di bersihkan dan pergeseran masih berlanjut kurang lebih 20 menit sekali. Diperkirakan hasil analisa anggota di lokasi, dibutuhkan penanganan lebih lanjut dari pihak terkait," terang Jalal.

Pergeseran tanah juga sempat terjadi beberapa kali di Kabupaten Bogor pada tahun 2022. Terakhir, yaitu terjadi pada Rabu, 14 September 2022 di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakanmadang yang mengakibatkan rusaknya beberapa bangunan dan jalan desa.

Sebelumnya, Peneliti Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Agus Budianto menyebutkan bahwa pergeseran tanah di Bojongkoneng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, diakibatkan longsor tipe rayapan tanah.

"Kita melihat adanya pondasi dari batuan tanah yang bergerak, dan kita menemukan adalah lapisan lempung di situ. Nah lapisan lempung itulah yang merupakan bidang yang gelincir yang ada di sana," jelasnya.

Agus menerangkan, ketika vegetasi di wilayah Bojongkoneng hilang, maka air hujan dengan intensitas deras dapat membuat permukaan tanah menjadi jenuh.

"Air bergerak dengan mudah dan membawa lapisan tanah di bawahnya yang didasari lapisan lempung," kata Agus.

Maka ia mengimbau kepada masyarakat agar menghindari zona-zona tanah yang sudah mengalami retakan. Karena menurutnya ancamannya bukan hanya membuat bangunan roboh, melainkan membuat amblas tanah.

Baca juga: Aceh Besar alami fenomena pergeseran tanah capai kedalaman 1,3 meter
Baca juga: Hoaks! Pergeseran tanah setelah gempa Cianjur

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023