Singapura (ANTARA) - Pasar saham di Asia mempertahankan kenaikan baru-baru ini pada Kamis, karena kekhawatiran akan krisis perbankan mereda dan investor mempertimbangkan apakah pemecahan konglomerat China Alibaba menandakan badai peraturan Beijing yang ditujukan untuk perusahaan teknologi mungkin akhirnya akan hilang.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang terkerek 0,2 persen. Seperti S&P 500 yang pulih dari level terendah Maret karena kejatuhan Silicon Valley Bank bergema di sekitar pasar global.

Saham-saham global berada di jalur untuk keuntungan kuartalan 4,9 persen. Nikkei Jepang, yang menuju kenaikan kuartalan 6,0 persen, berakhir turun 0,36 persen. Sementara indeks saham unggulan China CSI 300 ditutup menguat 0,81, indeks komposit Shanghai naik 0,65 persen.

Indeks S&P/ASX 200 Australia berakhir 1,02 persen lebih tinggi, indeks Hang Seng Hong Kong terangkat 0,50 persen dan indeks KOSPI Korea Selatan ditutup menguat 0,38 persen. Saham berjangka AS dan Eropa secara umum stabil.

Pasar yang lebih tenang berarti investor sekarang dapat lebih fokus pada ekonomi, dengan data inflasi Jerman, Spanyol dan Italia yang akan dirilis hari ini.

Pada Rabu (29/3/2023), indeks Wall Street melonjak setelah regulator utama bank-bank AS muncul di hadapan Kongres dan memusatkan perhatian pada kegagalan di Silicon Valley Bank dan pengawasannya, daripada sistemik yang lebih luas di seluruh sektor keuangan.

Dolar AS menguat, terutama terhadap safe-haven yen Jepang karena investor menarik kembali beberapa posisi yang dibangun dalam beberapa minggu terakhir. Yen terakhir diperdagangkan pada 132,59 terhadap dolar.

Saat ketakutan mereda dalam perjalanan liar dan bergejolak setelah keruntuhan Silicon Valley Bank menimbulkan kekhawatiran akan krisis perbankan yang lebih luas, pemenangnya tampaknya adalah obligasi dan perusahaan teknologi besar yang cenderung mendapat keuntungan saat suku bunga turun.

Dari tenor dua tahun hingga 30 tahun, imbal hasil AS berada di bawah suku bunga dana Fed saat ini sekitar 4,8 persen karena pasar telah secara dramatis mengubah perkiraan prospek suku bunga.

Imbak hasil dua tahun turun 30 basis poin untuk kuartal ini, penurunan kuartalan pertama sejak Maret 2020.

Nasdaq yang sensitif terhadap suku bunga naik hampir 14 persen tahun ini dan menuju kuartal terbaiknya dalam lebih dari dua tahun.

"Pasar obligasi sangat fluktuatif, pada satu titik; obligasi AS memperkirakan penurunan suku bunga mulai Juni," kata analis di Barclays dalam catatan akhir kuartal.

"(Tapi) dalam periode ketakutan yang sebenarnya, investor lari ke dolar AS; pada Maret euro menguat terhadap dolar AS. Dan tidak ada tanda-tanda tekanan pendanaan di pasar uang AS atau swap lintas mata uang," kata mereka.

"Ekonomi global mengalami kesulitan pada Maret, dan salah satunya yang signifikan. Tapi ini benjturan, bukan dinding bata." "

Di Asia, investor mendukung rencana Alibaba untuk melakukan spin-off dan mencatatkan unit bisnisnya secara terpisah sebagai sinyal lain bahwa China ingin menyambut kembali modal global.

"Kami telah berulang kali menekankan bahwa 2023 adalah pertama kalinya dalam empat tahun kebijakan ekonomi, peraturan, dan COVID diselaraskan dengan cara yang pro-pertumbuhan, pro-bisnis," kata analis Morgan Stanley.

"Pengumuman cepat restrukturisasi bisnis (Alibaba) kemarin secara efektif berfungsi sebagai stempel kepastian akhir bahwa pengetatan peraturan telah berakhir."

Pemecahan itu akan mengubah konglomerat menjadi perusahaan induk, bukan perusahaan operasional, kata kepala eksekutif Daniel Zhang pada konferensi melalui telepon Kamis. Saham Alibaba di Hong Kong, yang mencapai di atas 300 dolar Hong Kong pada 2020, diperdagangkan naik 1,5 persen pada 96 dolar Hong Kong pada Kamis.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023