New Delhi (ANTARA) - Otoritas India telah mencabut atau menangguhkan izin beberapa perusahaan obat dalam negeri dalam operasi penindakan terhadap 76 perusahaan farmasi yang menjual obat-obatan palsu, kata seorang sumber pemerintah pada Kamis.

Ekspor produk farmasi India telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dasawarsa terakhir dengan nilai ekspor mencapai 24,5 miliar dolar AS (Rp368,6 triliun) pada 2021-2022 .

Namun, citra India sebagai salah satu produsen obat terbesar di dunia ternodai dengan kasus kematian 70 anak di Gambia dan 19 anak di Uzbekistan tahun lalu, yang diduga terkait dengan obat-obatan buatan perusahaan India.

Menteri Kesehatan India Mansukh Mandaviya mengonfirmasi penindakan tersebut, tetapi tidak memerinci nama-nama perusahaan yang ditindak dalam operasi itu.

"Ada lebih dari 10,500 perusahaan farmasi di negeri ini. Perusahaan-perusahaan yang memproduksi obat-obatan tiruan tidak akan diampuni," kata Mandaviya dalam sebuah acara.

Izin beberapa perusahaan obat telah dicabut, sementara izin perusahaan lain ditangguhkan, dan perusahaan lainnya menerima peringatan dalam operasi selama 15 hari terakhir, kata sumber yang mengetahui hal tersebut kepada Reuters.

Sang sumber, yang berbicara secara anonim karena tidak diizinkan berbicara kepada media, juga menolak memberikan nama-nama perusahaan yang ditindak tersebut.

Sementara itu, pemerintah federal India menyatakan akan menganggarkan 79,6 juta dolar AS (Rp1,1 triliun) untuk memperkuat sistem regulasi obat-obatan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti adanya kaitan antara kasus kematian anak-anak di Gambia dan Uzbekistan dengan obat batuk buatan India.

Sumber: Reuters

Baca juga: India tangkap pegawai perusahaan obat batuk sebabkan kematian anak
Baca juga: Puluhan anak Gambia tewas, India hentikan operasi pabrik obat sirop

Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023