Pelatih Timnas U-20 Indonesia Shin Tae-yong (kedua kanan) berbincang dengan Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri (kedua kiri), Wall’s Ice Cream Marketing Lead Bernardus Rendita Kusumo (kiri) dan pemain Timnas U-20 Indonesia Hokky Caraka (kanan) saat konferensi pers Satu Hati Untuk Garuda di Jakarta, Senin (20/3/2023). . ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nym.


Tanpa keterbukaan soal informasi terbaru infrastruktur dan tentang hasil pemeriksaan FIFA pada 21-27 Maret 2023, tiba-tiba muncul pernyataan-pernyataan pejabat daerah yang tidak ingin timnas U-20 Israel beraktivitas di wilayahnya. Kalimat-kalimat yang meluncur dari mereka melengkapi narasi sejenis yang mencuat mulai awal Maret 2023. Padahal, Israel sudah memastikan diri tampil di Piala Dunia U-20 2023 sejak Juni 2022, ketika mereka lolos ke semifinal Piala Eropa U-19 2022.

PSSI dan kementerian terkait tentu saja harus mempertanggungjawabkan kegagalan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 kepada rakyat Indonesia karena persiapan turnamen tersebut menggunakan anggaran negara.

Keterbukaan wajib dilakukan agar tercipta transparansi yang tidak melukai kepercayaan masyarakat. Dengan diiringi evaluasi dan program yang jelas, kita bisa optimistis sepak bola Indonesia akan berjalan ke arah yang lebih baik, terlepas dari apapun sanksi FIFA nantinya.

Selain itu, sudah saatnya tidak lagi mengarahkan telunjuk ke penolakan Israel sebagai satu-satunya penyebab Piala Dunia U-20 2023 hilang dari genggaman Indonesia.

Sepak bola itu milik setiap bangsa, dan semestinya sepak bola menjadi sarana menjalin perdamaian dan persahabatan.

Baca juga: Presiden imbau jangan saling menyalahkan soal Piala Dunia U-20
Baca juga: Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali temui para pemain timnas U-20

Copyright © ANTARA 2023