Kiev (ANTARA) - Ukraina memperingati satu tahun dibebaskannya Kota Bucha dari pendudukan Rusia pada Jumat, dan Presiden Volodymyr Zelenskyy menegaskan Kiev tidak akan memaafkan siapa pun yang bertanggung jawab terhadap kekejaman yang terjadi di kota itu.

Maret tahun lalu, tentara Ukraina berhasil merebut kembali kota Bucha dan Irpin, yang terletak di barat laut ibu kota Kiev, setelah militer Rusia mengakhiri upaya merebut ibu kota Ukraina di fase-fase awal invasinya.

Penyelidik internasional kini tengah mengumpulkan bukti-bukti di kota tersebut dan tempat lainnya yang Ukraina sebut telah menjadi tempat terjadinya kekejaman skala besar yang dilakukan tentara Rusia.

Setelah Ukraina merebut kembali Bucha, gambar-gambar mengerikan jasad korban yang tewas dan tergeletak di jalanan kota itu tersebar ke seluruh dunia.

Walaupun Rusia hanya menduduki kota tersebut selama 33 hari, pendudukan tersebut menyebabkan lebih dari 1,400 warga kota, termasuk 37 anak-anak, tewas, menurut Kiev.

"Lebih dari 175 jasad ditemukan di kuburan-kuburan massal dan ruang-ruang penyiksaan. Ada 9,000 kejahatan perang (yang dilakukan) Rusia. (Setelah) 365 hari sejak kota tersebut menjadi kota Ukraina yang bebas kembali," kata Zelenskyy.

"Sebuah simbol kekejaman tentara negara penjajah. Kami tidak akan maafkan. Kami akan hukum setiap pelakunya," sebagaimana yang ia tulis di media sosial.

Sebuah acara peringatan pembebasan kota Bucha, daerah pinggiran rindang yang kini menjadi tempat persinggahan setiap pemimpin asing yang berkunjung, digelar pada Jumat.

Sementara itu, pertempuran masih berlangsung di Ukraina timur dan selatan, di mana pasukan Rusia masih mengontrol daerah-daerah yang mereka caplok dalam serangan yang berlangsung sejak Februari 2022.

Di tempat seperti Bucha yang terletak ratusan kilometer dari pertempuran itu, sirene serangan udara sebagai isyarat bagi warga kota untuk mencari perlindungan dan menyebabkan putusnya aliran listrik menjadi pengingat bahwa perang masih berlangsung.

Beberapa warga Bucha kepada Reuters menyatakan trauma psikologis akibat pendudukan tersebut masih mereka rasakan dan akan membutuhkan waktu selama beberapa generasi untuk pulih.

Selain itu, gedung-gedung di kota masih teronggok hancur, dan sebuah penampungan sampah di kota itu penuh dengan mobil dan kendaraan militer yang hancur dalam pertempuran tahun lalu.

"Kita harus mengerti bahwa membangun ulang tembok-tembok adalah urusan mudah, namun membangun kembali jiwa yang tersakiti jauh lebih sulit," kata Andriy Holovin, seorang pendeta dari Gereja Ortodoks Ukraina.


Sumber: Reuters

Baca juga: Pembunuhan di Bucha: Kaki diikat, kepala ditembak
Baca juga: China serukan semua pihak menahan diri soal insiden Bucha
Baca juga: Parlemen Rusia sebut kasus Bucha panggung sandiwara Barat

Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023