Jakarta, 4/12 (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan ( KKP ) terus membuka diri  kepada para investor domestik dan luar negeri agar lebih memfokuskan dananya pada usaha di bidang kelautan dan perikanan. Pasalnya, saat ini berbagai macam jenis investasi perikanan dalam negeri masih belum digarap secara optimal seperti komoditas udang, kerapu, kakap, mutiara, rumput laut, bandeng, nila, patin, lele, sidat, dan ikan hias yang memiliki peluang pasar tinggi. Sektor perikanan dapat menjadi " ladang " investor di dalam pembangunan dan pengembangan industri kelautan dan perikanan secara terpadu dan berkelanjutan di Indonesia. Demikian dikatakan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Saut P. Hutagalung  ketika menghadiri pembukaan acara  Fisheries and Aquaculture Investment Fair 2012 di Jakarta, Senin (3/12).

     Kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan yang diusung KKP mengacu pada  strategi "blue economic business models". Model tersebut, diyakini dapat mengembangkan kebijakan bisnis dan investasi kelautan dan perikanan dengan mengefisiensi alam sekaligus turut melipat - gandakan hasil, bebas emisi dan limbah ( atau rendah karbon dan memperkecil limbah), membuka kesempatan kerja lebih luas, meningkatkan pendapatan, dan kepedulian sosial ( social inclusiveness). Untuk itu, KKP terus mengupayakan sinergitas dengan berbagai instansi dan lembaga untuk dapat memudahkan tumbuhnya investasi. Sebagai langkah nyata, KKP turut menggandeng Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan dunia perbankan untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian kerja sama KKP dengan KADIN dan perbankan. " Hasil dari perjanjian kerja sama ini, diharapkan agar pihak perbankan segera menyalurkan kreditnya guna mendukung pembiayaan dan investasi perikanan dari hulu ke hilir. Sedangkan pihak KADIN, dapat berperan untuk mengoptimalkan konsep kemitraan yang telah dijalin guna menjamin keberlangsungan usaha perikanan yang telah disepakati," jelas Saut.

     Untuk itu, KKP berkomitmen untuk memberikan kepastian dalam segala lini untuk mendukung kegiatan investasi,  seperti kemudahan perizinan, ketersediaan infrastruktur, jaminan keamanan. Selain itu, berbagai kegiatan untuk menarik investasi terus diintensifkan seperti, promosi, safari investasi dan kerja sama bilateral maupun multilateral dengan berbagai negara. KKP menggiatkan kegiatan tersebut, lantaran masih banyak pihak swasta nasional maupun investor asing belum melihat perikanan sebagai peluang bisnis yang masih cukup  menjanjikan.

     Sebagai informasi, nilai investasi yang ditanamkan di sektor kelautan dan perikanan terbilang masih rendah. Berdasarkan data, realisasi investasi sektor perikanan, pada triwulan II 2012 sebesar Rp. 14 Milyar (PMDN) dan 19 Juta dolar AS.  Sementara tak jauh berbeda, total kontribusi investasi dalam negeri (PMDN), sektor perikanan sebesar 0,1 persen  atau sebesar  0,4 persen dari total investasi dalam negeri di sektor primer. Begitu pula halnya, dengan nilai penanaman modal asing (PMA) yang ditanamkan di sektor perikanan Indonesia hanya sebesar 0,3 persen dari total PMA atau sebesar 1,2 persen dari total PMA di sektor primer.

     Pada 2012, KKP menargetkan investasi di sektor kelautan dan perikanan sebesar Rp 23,67 triliun yang tersebar pada usaha perikanan budidaya senilai Rp 21,67 triliun dan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan senilai Rp 2 triliun. Tercatat sampai dengan triwulan III 2012, realisasi investasi di bidang usaha perikanan budidaya senilai Rp 15,82 triliun. Sementara pada 2013, KKP akan terus meningkatkan target investasi yang akan ditanamkan hingga mencapai Rp 24,29 triliun, masing - masing senilai Rp. 21.79 triliun untuk usaha perikanan budidaya dan Rp 2,5 triliun untuk usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

     Sejalan dengan itu, KKP akan mengarahkan pembangunan kelautan dan perikanan yang mengacu pada lima prinsip, a.l. pertama, setiap unit bisnis sektor ekonomi kelautan dan perikanan harus memenuhi "economy of scale". Kedua, diterapkannya integrated management of supply - chain system dari hulu ( produksi ), handling and processing, hingga ke hilir ( pemasaran ). Ketiga, diterapkannya aplikasi IPTEK mutakhir pada setiap mata rantai dari supply chain system, sehingga, setiap mata rantai ( breeding, hatchery, rearing, handling & processing, dan marketing ) dapat menghasilkan produk yang kompetitif secara berkelanjutan.  Keempat, investasi yang mengadopsi prinsip - prinsip pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan dan terakhir merujuk pada penanganan mitigasi dan adaptasi terhadap Global Climate Change dan bencana alam lain.

     Di sisi lain, KKP terus berupaya mendorong kegiatan usaha baik on - farm maupun off - farm untuk meningkatkaan nilai tambah ( value added), agar dapat berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan devisa negara. Jika merujuk pada penduduk Indonesia yang berjumlah 237,6 juta jiwa, dan diasumsikan sekitar 80 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi ikan sebesar 31,64 kg / kapita/ tahun, maka tentunya harus disiapkan sekitar 6 juta ton ikan segar yang diperoleh dari hasil on-farm setiap tahunnya. " Hal tersebut tentunya dapat menjadi peluang yang cukup signifikan," paparnya.

     Oleh karena itu, pada tahun 2012 ini KKP telah me - launching revitalisasi tambak udang dan bandeng dengan total lahan seluas 1.500 ha.  Lahan tersebut diperuntukkan untuk tambak udang seluas 1000 ha dan 500 Ha untuk bandeng. Kegiatan tambak percontohan tersebut tersebar di enam kabupaten yakni Serang, Tangerang, Karawang, Indramayu, Subang, dan Cirebon.  Sebagai gambaran bahwa untuk luasan areal demfarm 1.000 Ha, dengan pemberian input sarana produksi untuk standar teknologi intensif dengan plastik mulsa, ditargetkan dapat menghasilkan udang sebanyak 15 ton /ha / musim tanam dengan nilai Rp. 750 juta, atau 15.000 ton untuk 1.000 Ha dengan nilai Rp. 750 miliar per tahun ( asumsi harga udang Rp. 50.000/kg ). Dengan demikian, jika dilakukan musim tanam sebanyak 3 kali, akan dapat menghasilkan sebesar Rp. 2,25 Triliun  Sedangkan untuk demfarm bandeng, dengan luasan areal 500 Ha, akan dapat menghasilkan bandeng sebanyak 1.125 ton dengan nilai Rp. 16,8 Milyar.

     Berdasarkan persepsi internasional, Indonesia merupakan negara yang paling diminati investor. Di mata para investor, Indonesia masih tetap dinilai paling menarik untuk investasi dibandingkan dengan sembilan negara anggota ASEAN lainnya.. Sebabnya, Indonesia memiliki Gross Domestic Product (GDP) sekitar 1 tr iliun dolar Amerika, nilai rupiah yang relatif stabil serta laju inflasi yang terkendali rata-rata sebesar 4,28 persen. Di samping itu,  Product Domestic Bruto  (PDB) perikanan memiliki kontribusi terbesar kedua setelah tanaman pangan sekitar 22 persen terhadap PDB Nasional.

     Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi,Kementerian Kelautan dan Perikanan  (HP.0818159705)

Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2012