... Jerusalem Timur adalah kota yang sangat sensitif dalam hal ini... "
Jerusalem (ANTARA News) - Di tengah kecaman internasional kepada Israel, beberapa pemukim Yahudi, Senin (3/12), menempati satu bangunan pemukiman Palestina berlantai lima di Jerusalem Timur. Banyak yang khawatir hal itu sinyal bagi pembangunan lagi pemukiman Yahudi di sana.

Pada Senin malam, satu keluarga pemukim Yahudi menduduki satu bangunan di Jabal Mukaber. Bangunan itu kosong sejak pembangunannya beberapa tahun belakangan, kecuali buat satu keluarga miskin Palestina di lantai atas.

Menurut LSM Israel, Peace Now, pemilik sebelumnya --seorang pria Palestina-- menjual bangunan itu kepada satu perusahaan luar negeri, Lowell Investments --milik Elad, organisasi yang mendorong permukiman Yahudi di Jerusalem Timur. Perusahaan yang sama membeli bangunan di sebelahnya dua tahun lalu.

"Itu bangunan besar, dan pemukim akan membawa keluarga Yahudi untuk tinggal di sana dan meningkatkan pengamanan di sekeliling mereka, yang akan menciptakan gesekan lebih lanjut. Itu akan menjadi lingkungan yang sangat negatif," kata Hagit Ofran, Direktur proyek Settlement Watch, Peace Now. 

"Jerusalem Timur adalah kota yang sangat sensitif dalam hal ini, jadi meletakkan pulau di tengah permukiman Palestina hanya akan menghalangi kemungkinan penyelesaian dua-negara," kata dia. 

Pemukim Yahudi di Jerusalem Timur menentang pendapat itu dan mengatakan hak sah merekalah untuk tinggal di manapun mereka mau di Jerusalem, dan karena rumah itu dibeli secara sah, tak perlu ada pertengkaran mengenai keabsahan tindakan mereka.

"Penyelesaian dua-negara mati dan Jerusalem takkan pernah dipecah," kata Yishai Fleisher, pegiat pemukim di Jerusalem Timur. "Apa yang kami kerjakan ialah menyatu. Kami mesti tinggal di kalangan warga Arab di kota yang tak bisa dipisahkan. Hak kemanusiaan dan hukum kami lah untuk tinggal di mana pun kami mau di kota kami, dan orang ini setahu saya, membeli gedung ini dengan cara yang sah."

Ofran menjelaskan Elad mulai memiliki properti tersebut di Jerusalem Timur pada pertengahan 1980-an dan tujuan utamanya ialah menciptakan situasi agar penyelesaian dua-negara tidak bisa terwujud.

"Ini adalah tujuan Elad, untuk menambah kehadiran orang Yahudi di daerah Palestina sehingga membuatnya hampir tidak mungkin mewujdukan penyelesaian dua-negara, yang akan memisahkan kota Jerusalem. Saat ini lebih dari 2.200 pemukim Yahudi tinggal di permukiman Palestina dan keamanan yang mereka perlukan membuat pemerintah kotapraja mengeluarkan lebih dari 30 juta shekel (87 juta dolar AS) per tahun," kata Ofran.

Jika bangunan tersebut dan rumah di dekatnya dinyatakan sebagai permukiman sah, agen keamanan --yang biasanya berasal dari perusahaan swasta-- akan didanai oleh pemerintah kotapraja, Pusat Informasi Pilihan (AIC) di Jerusalem kepada Xinhua.

"Itu menciptakan banyak ketidak-amanan dan ketegangan, sebab tetangga kalian membuat pagar dan menempatkan penjaga bersenjata yang juga mengganggu kehidupan sehari-hari rakyat yang tinggal di sana, sehingga setidaknya, itu adalah situasi yang tak diingini. Itu lah situasi yang harus dibayar oleh warga Jerusalem, apakah mereka mengetahuinya atau tidak," kata satu sumber dari AIC.

(C003) 

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012