Kita tidak menutup kemungkinan kalau ulama juga ada yang dari kaum perempuan, maka kita berdayakan juga,
Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Sekretariat Masjid Agung Sunda Kelapa M Reno Fathur Rahman mengatakan masjid tersebut memberdayakan penceramah wanita saat ibadah tarawih di bulan Ramadhan 1444 H.
 
"Kita tidak menutup kemungkinan kalau ulama juga ada yang dari kaum perempuan, maka kita berdayakan juga," kata Reno kepada Antara di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta, Senin.
 
Reno mengatakan, zaman sekarang ulama tidak hanya dari kaum laki-laki namun juga banyak ulama yang berasal dari kaum perempuan.
 
Masjid Agung Sunda Kelapa juga memilih perempuan yang sesuai dengan bidang keahliannya untuk menjadi penceramah. Seluruhnya sudah sesuai dengan tema dan bidang keilmuannya, tambah dia.
 
"Yang menjadi titik berat kan ilmunya, bukan laki-laki atau perempuan kan, kalau begitu laki-laki belajar ke perempuan ya tidak masalah," kata dia.
 
Menurutnya terdapat beberapa hal yang lebih dikuasai oleh perempuan daripada laki-laki, maka sah-sah saja jika perempuan yang mengisi ceramah tarawih jika sesuai dengan temanya.
 
Selain itu, perempuan yang dipilih menjadi penceramah juga sudah teruji secara akademis, banyak lulusan luar negeri. Jadi secara keilmuan juga tidak diragukan lagi, tambah Reno.
 
Reno mengatakan hal ini sudah menjadi tradisi di Masjid Agung Sunda Kelapa dan selama ini selalu mendapatkan respon positif dari para jamaah.
 
"Alhamdulillah selama ini tidak ada yang protes, karena kita juga menyesuaikan kondisinya ketika penceramahnya adalah perempuan," kata Reno.
 
Reno menjelaskan pihaknya menyesuaikan dengan memberikan tempat khusus bagi penceramah wanita dan tidak naik ke mimbar utama supaya keadaannya tetap kondusif.
 
Selain tempat khusus, disediakan layar besar untuk para jamaah supaya tetap dapat melihat penceramah dan menyimak isi khotbah dari penceramah.
 
Selain itu, terdapat juga beberapa kajian dhuha (pagi hari sekitar pukul sepuluh) dan zuhur yang juga diisi oleh penceramah perempuan.
 
Masjid Agung Sunda Kelapa dibangun pada 1966 oleh swadaya masyarakat Menteng dan dukungan pemerintah DKI Jakarta pada saat itu yakni Gubernur Ali Sadikin.
 
Diresmikan pada 1971, masjid ini diharapkan dapat menjadi tempat warga sekitar melaksanakan ibadah shalat maupun mengikuti kajian-kajian yang diselenggarakan di dalamnya dalam rangka mencerdaskan masyarakat Muslim sekitar, tambah Reno.
 
 
Baca juga: Pesan tiket masuk Galeri Rasulullah Al Jabbar lewat Aplikasi Sapawarga
Baca juga: Masjid Al-Furqan Beurawe lakukan tradisi bubur kanji saat Ramadhan
 

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023